KSU telah menerapkan teknik pengolahan gambir berkualitas tinggi dengan kadar katekin hingga mencapai 90 persen

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan UKM mengatakan Koperasi Serba Usaha (KSU) Bangkit Mandiri di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat berperan penting menjadi motor penggerak dalam mengoptimalkan potensi komoditas gambir serta mendongkrak ekspor gambir Indonesia.

Asisten Deputi Pembaharuan dan Kemitraan Perkoperasian Kemenkop UKM Destry Anna Sari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya mencatat bahwa Indonesia merupakan eksportir komoditas gambir (Uncaria gambir Roxb) terbesar di dunia.

Dengan menguasai 80 persen pangsa pasar global, komoditas ini menjadi salah satu sumber devisa yang menjanjikan bagi negara. Pada 2022 saja, nilai ekspor gambir Indonesia mencapai 90 juta dolar AS dan diproyeksikan terus meningkat. Tujuan ekspor terbesar gambir Indonesia adalah India, Jepang, China, Pakistan, Bangladesh serta sebagian negara Eropa. Adapun harga gambir ekspor bervariasi antara 7.500-10.000 dolar AS per ton.

KSU Bangkit Mandiri yang memiliki 83 anggota aktif itu menjadi wadah bagi para petani untuk bekerja sama dalam proses budidaya, sekaligus sebagai pusat pelatihan, peningkatan kualitas pengolahan gambir, serta pemasaran.

“KSU telah menerapkan teknik pengolahan gambir berkualitas tinggi dengan kadar katekin hingga mencapai 90 persen. Peningkatan kualitas ini yang memang terus didorong sehingga memenuhi standar kebutuhan industri,” kata Destry.

Koperasi itu memproduksi empat grade gambir, mulai dari gambir bootch A (kadar katekin 90 persen), gambir bootch B (70-80 persen), gambir bootch C (60-70 persen), dan gambir bootch D (40-50 persen), dengan kapasitas produksi masing-masing 2 ton/minggu, 2 ton/minggu, 3 ton/minggu, dan 5-10 ton/minggu.

KSU Bangkit Mandiri selama ini telah memasok gambir ke India dan Jepang, bermitra dengan beberapa perusahaan pengolahan gambir di Sumatera Barat.

Untuk pasar dalam negeri, KSU Bangkit Mandiri menjalin kemitraan dengan Koperasi Produsen Syariah Gambir Anam Koto Mandiri di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk memproduksi gambir dalam bentuk bubuk.

Destry mengatakan peran koperasi dalam mengelola komoditas gambir perlu terus diperkuat karena komoditas gambir memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan industri farmasi, penyamak kulit, dan pengobatan tradisional.

Menurutnya, kebutuhan gambir juga akan terus meningkat termasuk di dalam negeri sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan, dan kosmetik, yang didorong oleh perilaku konsumen lokal yang semakin menyadari manfaat produk alami yang ramah lingkungan.

“Kemenkop UKM akan terus meningkatkan peran koperasi dalam pengelolaan komoditas gambir … sehingga produksi gambir tidak hanya menguntungkan pemberdayaan ekonomi daerah dan masyarakat lokal, tetapi juga berkontribusi positif terhadap kelestarian lingkungan,” kata Destry.

Baca juga: Kemenkop UKM ingin kembalikan Sulsel jadi provinsi koperasi
Baca juga: Menkop UKM dorong UMKM bergabung dalam koperasi
Baca juga: LPDB-KUMKM: Pembiayaan koperasi sektor riil capai Rp657 miliar

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024