"Sepuluh tahun yang lalu saya berada di sini, di Jakarta, untuk melakukan sebuah proyek riset nuklir. Sekarang, saya hadir kembali di sini dan melihat adanya perkembangan nyata di bidang ini," kata IAEA Expert Mehmet Ceyhan saat membuka kegiatan lokakarya untuk proyek kerja sama teknis di bidang teknologi nuklir.
Tajuknya, “Interregional Workshop on Self-Evaluation on Infrastructure Development for New Nuclear Power Programmes” di Jakarta, Senin.
Mehmet menilai perkembangan teknologi nuklir di Indonesia diwujudkan dengan tata kelola yang kini lebih rapi secara organisasi.
Baca juga: Kolaborasi RI-IAEA dorong penguatan infrastruktur energi nuklir dunia
Baca juga: Kemenkes simulasi kegawatdaruratan medis guna siaga bencana nuklir
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito mengatakan apresiasi tersebut dilihat dari berbagai aspek di bidang teknologi nuklir, salah satunya dengan penjagaan sejumlah aset-aset reaktor nuklir yang telah ada sejak tahun 1964 di berbagai wilayah di Indonesia.
"Indonesia sendiri sejak sebelum jadi satu dengan BRIN, itu kita punya tiga reaktor di Yogyakarta, Bandung, dan Serpong untuk riset. Kenyataannya bahwa dengan adanya kegiatan-kegiatan riset yang dilakukan, kita bisa menjaga reaktor itu sampai saat ini bisa terus berfungsi dan kemudian apa yang dihasilkan banyak sekali," ujarnya.
Beberapa hasil riset yang dihasilkan melalui teknologi nuklir, papar Mego, di antaranya adalah uji tidak merusak atau non-destructive test (NDT), yang merupakan salah satu cara pengujian material yang dilakukan tanpa merusak material yang sedang diuji.
Kemudian, terdapat pula sejumlah bibit unggul yang telah dimanfaatkan di sektor pertanian, hingga iradiasi gamma untuk membunuh kuman/bakteri pada komoditas ekspor, tanpa harus membuka kemasan produk tersebut.
"Jadi produk untuk ekspor itu sudah di-packaging tertutup. Begitu rapi, kan nggak mungkin dibongkar lagi, nah itu tinggal dilewatkan di iradiator. Jadi, kita bisa melakukan disinfektasi untuk membunuh bibit kuman dan sebagainya yang hidup pada buah dan sebagainya," ucapnya.
Tidak hanya produk jadi, Mego menyebut pihaknya kini juga tengah mengembangkan Politeknik Nuklir, sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam teknologi ini, untuk memastikan keberlanjutan teknologi nuklir di Indonesia.
"Indonesia terus berproses dan fasilitas itu sedang dicoba untuk diperbanyak, jadi tidak hanya di Jawa, tapi juga di tempat-tempat yang lain," ucap Mego Pinandito.*
Baca juga: IAEA perkirakan energi nuklir tumbuh kuat hingga 2050
Baca juga: Sekjen DEN sebut PLTN pertama Indonesia siap beroperasi pada 2032
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024