Kalau kita ingin membangun suatu generasi penyelenggara negara yang akan datang, maka kita harus fokus mulai dari pola asuh keluarga, tentunya dengan menjunjung nilai-nilai budaya yang diwariskan
Ambon (ANTARA) - Sosiolog Universitas Indonesia (UI) asal Maluku Utara Thamrin Tomagola mengemukakan pendidikan keluarga berperan penting untuk mewujudkan Generasi Emas 2045 menjadi penyelenggara negara yang berbudi dan beretika.

"Kalau kita ingin membangun suatu generasi penyelenggara negara yang akan datang, maka kita harus fokus mulai dari pola asuh keluarga, tentunya dengan menjunjung nilai-nilai budaya yang diwariskan," kata Thamrin di Ambon, Senin.

Secara terminologi pola asuh orang tua, kata dia,  adalah cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari tanggung jawab kepada anak.

Thamrin mengatakan apa yang saat ini disebut sebagai nilai-nilai agama secara tidak langsung kerap terwujud dalam tingkah laku orang tertua atau yang dituakan di setiap keluarga.

Baca juga: Kepemimpinan berbasis teknologi modal generasi muda wujudkan VID 2045

"Hal itu konkret, misalnya seperti kesederhanaan, kerendahan hati, dan budi baik yang selalu dipercontohkan di dalam keluarga," ucapnya.

Jika melihat perkembangan zaman saat ini, kata dia, secara keseluruhan keluarga berperan sentral sebagai lembaga pembentuk moral generasi selanjutnya.

"Lebih dari itu agen dalam peranan keluarga adalah perempuan atau nenek-nenek atau oma-oma. Merekalah penanggung dan penerus warisan budaya yang bisa diturunkan pada anaknya, cucunya, hingga anak dari cucunya," jelas Tomagola.

Baca juga: Menyiapkan sejak dini generasi pintar mengelola uang

"Mudah-mudahan dengan kita mengaktifkan peranan dari perempuan dalam keluarga diharapkan generasi yang akan datang dapat menjadi penyelenggara negara yang beretika konkret bukan yang abstrak. Dan itu hanya bisa di sosialisasikan dalam keluarga, terutama oleh perempuan," tambahnya.

Sementara itu, kata Thamrin, nilai-nilai etika modern yang saat ini berlaku dalam masyarakat kian dipenuhi nilai-nilai abstrak. Oleh sebab itu perlu dikonkretkan dalam etika praktis, seperti sosok teladan dari orang-orang yang jadi panutan.

"Sosok panutan ini efektif untuk membangkitkan kembali nilai-nilai etika dan moral pada setiap anak, yang nantinya berperan menjadi penyelenggara negara pada masa yang akan datang," ucap dia.

Baca juga: BKKBN ingatkan pentingnya bangun keluarga berkualitas

Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024