Semarang (ANTARA) - Tubuhnya mungil, namun tangan dan kakinya begitu cekatan merayap di dinding panjat tebing.
Dengan cermat, dipilihnya "macross", "volume", maupun "chip" yang menjadi pijakan maupun tumpuan untuk memanjat di lintasan. Sebab, salah sedikit bisa meleset.
Sesekali, tangannya merogoh wadah berbentuk bundar lonjong berisi kapur yang terlilit di pinggangnya agar membuat jari-jarinya lebih kesat mencengkeram saat memanjat.
Namanya Alma Ariella Tsany (15), atlet kontingen Jawa Timur yang begitu memesona di setiap penampilannya pada cabang olahraga panjat tebing Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatra Utara 2024.
Tak main-main, pemilik tinggi badan 151 centimeter itu meraih tiga medali emas dan dua medali perak di ajang bergengsi pesta olahraga nasional empat tahunan tersebut.
Tiga medali emas direbutnya dari nomor "combine perorangan putri", "combine (boulder and lead) mix", dan "boulder tim putri".
Baca juga: Alma Ariella sumbang satu emas panjat tebing untuk Jawa Timur
Sedangkan dua medali perak diamankan siswi kelas satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 Gresik di nomor "lead perorangan putri" dan "lead tim putri".
Padahal, PON Aceh-Sumut merupakan debutnya untuk pertama kali. Karena PON pertama itulah yang membuat Alma sebenarnya tak menargetkan muluk-muluk. Dapat medali apa saja sudah bersyukur, pikirnya kala itu.
Namun, Dewi Fortuna berpihak padanya. Alma termasuk produktif dalam meraih emas di PON Aceh-Sumut dari total tujuh emas yang dikoleksi kontingen Jatim dan menjadikannya tampil sebagai juara umum panjat tebing.
"Kaget juga. Karena sebelum PON itu udah mikir kayanya enggak dapat medali, soalnya latihannya kayak berat banget gitu," kata gadis kelahiran Gresik, Jawa Timur, 25 Juli 2009 itu.
Untuk persiapan menghadapi PON Aceh-Sumut, ternyata sudah dilakukannya selama setahun melalui pelatihan daerah (pelatda) di Jatim. Beruntung, sekolahnya juga sangat mendukung.
Baca juga: Panjat tebing - Alma bersaing ketat di final lead perorangan putri
Selanjutnya: Manjat pagarManjat pagar
Rupanya, Alma sudah mengenal dunia memanjat tebing sejak kecil. Berawal dari kesukaannya memanjat-manjat pagar rumah di usia lima tahun, orang tuanya memasukkannya ke klub memanjat tebing.
"Mulai memanjat (usia, red.) lima tahun. Soalnya dulu suka manjat-manjat pager, terus diikutkan orang tua ke klub (panjat tebing, red.) di Gresik," kata putri pasangan Lukman Hadi dan Dyah Purwaningsih itu.
Di Rock Hobbies Centre, klub yang diikutinya, bakat Alma terus terasah sehingga beberapa kali ikut kejuaraan dan dilirik masuk pelatihan daerah (pelatda) Jatim.
Beberapa kejuaraan panjat tebing pun sudah diikutinya kendati usianya masih demikian belia, seperti Kejuaraan Nasional di Bangka Belitung pada 2017.
Namun, prestasi gemilang baru didapatnya saat Kejurnas 2021 yang kebetulan berlangsung juga di Aceh, yakni medali emas di nomor lead perorangan
Sepertinya, Aceh memang menjadi daerah peruntungan bagi Alma sehingga selalu menyabet medali bergengsi di ajang yang diikuti di Tanah Serambi Mekkah.
Rupanya, Alma belum puas sehingga terus berlatih dan kembali ditarik mengikuti pelatda untuk persiapan tampil mewakili Jatim di PON Aceh-Sumut.
"Jauh sebelum PON, satu minggu sekolah, dua minggu latihan. Tapi mendekati PON fokus latihan terus. Sekolah terus memberikan 'support', ujar gadis periang itu.
Usai PON, Alma pun berharap bisa ditarik ke pelatihan nasional (pelatnas) demi mewujudkan mimpinya berlaga di perlombaan dan kompetisi bergengsi di luar negeri.
"Inginnya sih (tampil, red.) di internasional, kayak SEA Games, world cup. Pengennya. Yang paling tinggi, ya, Olimpiade 2028 (Los Angeles)," ujar penyuka mie Aceh tersebut.
Baca juga: Panjat tebing - Alma Ariella dkk tambah emas untuk Jatim
Selanjutnya: Tantangan terberatTantangan terberat
Sebagai atlet yang sudah lama berlatih panjat tebing sejak kecil, tentu pernah menghadapi tantangan terberat, termasuk Alma yang mengakui tantangannya yang paling berat justru diri sendiri.
Apa itu? Rasa malas. Terkadang, bungsu dari dua bersaudara itu merasa malas berlatih karena jenuh dan bosan. Namun, biasanya tak berlangsung lama.
Semuanya karena orang tua yang menjadi penyemangat di kala penat. Meski jauh ketika sedang bertanding atau karantina jelang kejuaraan, Alma selalu berkomunikasi dengan mereka.
"Ya, tiap hari pasti WA (WhatsApp), 'video call' sama orang tua. Mereka yang jadi penyemangat saya," kata sang pemilik zodiak Leo tersebut.
Baca juga: Alma Ariella penasaran cicipi mie Aceh
Prestasi yang dicapai Alma ternyata diapresiasi Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Yenny Wahid, dengan bermunculannya atlet-atlet muda bertalenta.
Diakui putri Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid itu, saat ini olahraga panjat tebing sedang banyak digemari ditandai dengan banyak berdirinya klub panjat tebing di daerah-daerah.
Alma adalah salah satu jebolan dari klub panjat tebing yang berhasil membelalak mata di PON Aceh-Sumut bahwa reputasi, pengalaman, dan usia bukan jaminan menjadi juara.
"Belum tentu juga atlet yang nasional kemudian jadi juara. Seperti di nomor "
'lead and boulder'. Ada atlet muda yang usianya baru 15 tahun. KTP saja belum punya, tapi sudah jadi juara," pujinya.
Bagi FPTI, Yenny melihatnya sebagai kebanggaan tersendiri. Sebab, mencari atlet di nomor "lead and boulder" memang tak mudah. Alma merupakan salah satu atlet muda bermental juara.
Tentu, perjalanan Alma masih panjang, asa untuk tampil sebagai jawara harus tetap terjaga. Semoga Alma kelak bisa membanggakan Indonesia di berbagai kancah lomba tingkat dunia.
Baca juga: Panjat tebing - Jatim jadi juara umum dengan tujuh emas
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024
https://www.basokiprintingdki.com/