Selain kerasnya latihan atlet, pola pikir para siswa-siswa di klub bulu tangkis yang berdiri pada 1969 tersebut juga selalu dijaga oleh Lukman dan para pelatih.

Di komplek asrama PB Djarum dengan luas 1.834 m2, ada area yang disebut Plaza Juara. Di sana, plakat nama-nama atlet PB Djarum yang pernah mengharumkan Indonesia di turnamen bergengsi dunia dipajang.

Misalnya nama Kevin Sanjaya bersama Marcus Gideon yang menjuarai All England 2017 dan 2018. Pada setiap plakatnya, ada tanda "Who's Next" untuk memotivasi para siswa untuk mengikuti jejak prestasi pendahulunya.

Di dunia psikologi, ini dorongan yang akan memunculkan respon sensorik atau perilaku dari organisme, dalam hal ini manusia sebagai atlet.

Jejak prestasi yang dipamerkan PB Djarum di Plaza Juara akan teridentifikasi oleh para siswa melalui indera penglihatannya saat mereka melewati tempat tersebut setiap harinya.

Alam bawah sadar mereka akan merekam. Para siswa akan merasa bahwa latihan keras yang sudah mereka jalani adalah untuk menjadi nama yang akan terpampang abadi di Plaza Juara selajutnya.

"Ya kita ini aja sih ya kita sering komunikasi dengan anak-anak aja. Kita ingetin terus tujuan kamu main badminton itu apa. Nanti pola pikirnya kita masukin aja terus," jelas Lukman.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Hayom Rumbaka, pelatih tunggal Jateng dan juga PB Djarum. Ia mengatakan sebagai seorang yang dekat dengan anak-anak asuhnya, tugas utamanya adalah selalu menjaga motivasi mereka, baik di saat menang dan kalah.

"Yang ditanamin pasti yang jelas pasti menjaga motivasi, menjaga mentalnya di saat menang seperti apa, di saat kurang bagus seperti apa," kata Hayom.

Hal inilah yang terlihat pada atlet-atlet Jateng di PON 2024. Mereka seolah punya pemahaman bahwa jika kalah di suatu turnamen, masih ada turnamen-turnamen lain yang bisa dimenangkan. Mereka tak ingin bersedih dengan berlarut-larut.

"(Kalau kalah) Sedih dan kecewa. Kalau saya pribadi kalau udah latihan lagi itu perlahan hilang," kata ganda putri Jateng Titis Maulida Rahma.

Hayom juga selalu membagikan pengalamannya saat dulu masih menjadi atlet nasional. Zaki Ubaidillah dan Richie Duta Ricardo mengatakan banyak terbantu oleh pengalaman pelatihnya. "Sharing itu penting juga karena mereka juga butuh pengalaman dari kita".

Public speaking sebagai seorang atlet profesional yang nantinya akan kerap bertemu dengan awak media, juga dibiasakan PB Djarum sejak dini.

Mereka dilatih untuk berbicara dengan media tak hanya saat memenangkan pertandingan, tetapi juga saat kalah.

Rata-rata pebulu tangkis Jateng yang ditemui ANTARA di PON 2024 lihai dalam berbicara di depan awak media.

Misalnya, Salsabila Amiradana. Tunggal putri 17 tahun itu begitu lancar berbicara di depan kamera. Kata-katanya tersusun rapi dan terstruktur bagus. Awak media yang melemparkan pertanyaan kepadanya pun juga bersemangat karena jawaban yang diberikan tidak monoton atau itu-itu saja.

Bagaimana kemampuannya bercakap-cakap di depan kamera, Lukman mengatakan hal tersebut tak lepas dari ekosistem media di PB Djarum yang sudah terbentuk dengan baik.

"Kita kan sering ada kayak apa ya, habis main, ada yang, PB Djarum official itu kan ada wartawannya sendiri. Jadi kan udah terbiasa anak-anak," papar Lukman.

Pembinaan usia muda di PB Djarum adalah contoh yang baik agar "kawah candradimuka" tempat lahirnya atlet bulu tangkis di Indonesia yang mengguncang dunia tetap ada.

Baca juga: Ada mama di balik medali emas Richie Duta Ricardo
Baca juga: "Susi Susanti" di dalam diri Sausan Dwi Ramadhani

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024