Beijing (ANTARA) - Ketika liburan Festival Pertengahan Musim Gugur baru saja usai, Wang, seorang warga yang tinggal di Shanghai, harus mengambil cuti tambahan guna mengunjungi keluarganya di Provinsi Jiangsu karena kesulitan mendapatkan tiket kereta.
"Saya mencoba semua platform daring untuk membeli tiket kereta untuk sehari sebelum atau hari pertama liburan tiga hari tersebut, tetapi tidak berhasil," tuturnya kepada Xinhua.
Data yang dirilis Kementerian Transportasi China pada Rabu (18/9) menunjukkan bahwa sektor transportasi melayani sekitar 629,56 juta perjalanan penumpang selama liburan yang berlangsung dari Minggu (15/9) hingga Selasa (17/9) tersebut, dengan 42,57 juta di antaranya dilakukan melalui jalur kereta.
Berkat jaringan kereta cepat terbesar di dunia, China mencatat semakin banyak wisatawan memilih kereta cepat sebagai pilihan pertama mereka untuk melakukan perjalanan di negara yang luas itu dan menjelajahi geografi yang menantang mulai dari pegunungan hingga gurun.
Menurut China State Railway Group Co., Ltd., sektor perkeretaapian China menangani 887 juta perjalanan penumpang selama lonjakan perjalanan musim panas tahun ini dari Juli hingga Agustus, naik 6,7 persen dari tahun sebelumnya. Liburan sekolah musim panas biasanya menjadi momen bagi banyak orang tua di China untuk mengajak anak-anak mereka berlibur.
Liang, seorang warga dari Zhuhai di Provinsi Guangdong, China selatan, mengatakan bahwa dirinya merasa lega karena perjalanan musim panasnya bersama dua anak kecil ke Provinsi Guizhou yang bergunung-gunung di China barat daya berjalan dengan lancar melebihi ekspektasinya berkat kereta cepat.
"Dari Guiyang, ibu kota Provinsi Guizhou, kami naik kereta terlebih dahulu, lalu menggunakan layanan transportasi daring (ride-hailing) untuk mencapai tempat-tempat wisata terkenal yang tersebar di pegunungan," kata wanita itu. "Meskipun masih melelahkan, ini jauh lebih baik daripada jika kami memilih untuk bepergian dengan bus."
Guizhou terkenal dengan bentang alam karst yang menakjubkan dan iklim musim panas yang menyenangkan. Namun, transportasi telah lama menjadi tantangan bagi banyak wisatawan.
Libo, sebuah kawasan wisata di sebelah tenggara Guiyang, mencatat lonjakan kunjungan wisatawan sejak jalur kereta cepat baru menghubungkannya dengan Guiyang dan Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi setahun yang lalu.
Yu Jijun, kepala stasiun kereta Libo, mengatakan bahwa mereka kini mengoperasikan lebih dari 70 kereta per hari untuk mengangkut lebih dari 20.000 penumpang pada periode puncak. "Pada awalnya, hanya ada sekitar 20 kereta yang mengangkut sekitar 4.000 penumpang setiap hari," ujarnya.
TravelChinaGuide.com, sebuah operator tur daring terkenal di China, mencantumkan serangkaian alasan mengapa orang-orang di China lebih suka bepergian dengan kereta cepat. Platform tersebut memuji kereta itu sebagai alat transportasi yang cepat, tepat waktu, praktis, harganya terjangkau, nyaman, dan aman.
Kereta cepat China saat ini beroperasi dengan kecepatan 200 hingga 350 kilometer per jam. Jarak tempuh operasionalnya mencapai 46.000 kilometer, menduduki peringkat pertama di dunia dan mencakup 99 persen kota-kota berpenduduk lebih dari 200.000 jiwa.
Bulan lalu, jalur kereta baru diluncurkan di Provinsi Sichuan, China barat daya, yang menawarkan akses langsung ke Situs Warisan Dunia UNESCO Lembah Jiuzhai menggunakan layanan kereta peluru dari Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan, dalam waktu dua jam. Sebelumnya, wisatawan hanya dapat mencapai kawasan wisata yang sangat populer itu melalui penerbangan yang bergelombang (bumpy) atau perjalanan darat yang memakan waktu lama.
Di area-area pesisir yang lebih maju, kereta cepat sleeper yang menghubungkan Beijing dan Shanghai dengan Daerah Administratif Khusus Hong Kong mulai beroperasi pada Juni tahun ini, memangkas waktu tempuh antara Beijing dan Hong Kong menjadi 12 jam 34 menit, dan antara Shanghai dan Hong Kong menjadi sekitar 11 jam. Khususnya, dengan layanan baru ini, penumpang dapat melakukan perjalanan antara kota-kota tersebut dalam waktu semalam.
Menurut TravelChinaGuide.com, selain aksesibilitas, tiket kereta cepat juga "sering kali lebih murah daripada tiket pesawat," dan gerbong kereta cepat jauh lebih lengkap dibandingkan sebelumnya, "menyaingi fasilitas di pesawat."
Pelancong asing dari negara-negara maju terkesima dengan harga tiket kereta cepat di China dibandingkan dengan di negara asal mereka. Misalnya, tiket kereta yang menempuh jarak hampir 100 kilometer antara Shanghai dan kota tetangganya, Suzhou, hanya seharga empat dolar AS (1 dolar AS = Rp15.287).
Emily, seorang wisatawan asal Prancis, bahkan menjelajah ke sebuah desa pegunungan yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dengan kereta dari Xi'an, ibu kota Provinsi Shaanxi, yang terkenal dengan Prajurit Terakota. "Kereta cepat memungkinkan kita melihat China yang beragam," ungkapnya sembari menyesap secangkir kopi dingin di sebuah resor berbasis pertanian setempat.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024