Beijing (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping dan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Ibrahim melakukan pertemuan resmi di Beijing untuk membahas sejumlah isu bilateral termasuk saling belajar antara peradaban Tionghoa dan Islam.

"Presiden Xi Jinping menunjukkan bahwa meski China dan Malaysia saling berhadapan di seberang lautan tapi persahabatan kedua negara telah berjalan selama ribuan tahun. Kedua negara memperdalam pertukaran masyarakat dan saling belajar antara peradaban Tiongkok dan peradaban Islam," demikian disebutkan dalam pernyataan tertulis di laman Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu.

Pertemuan Presiden Xi Jinping dan Sultan Ibrahim itu berlangsung pada Jumat (20/9) sore di Balai Besar Rakyat, Beijing sebagai bagian dari lawatan kenegaraan pertama Raja Malaysia setelah naik tahta pada 31 Januari 2024.

Sejak terjalinnya hubungan diplomatik pada 1974, China dan Malaysia disebut selalu hidup rukun dan saling membantu, China juga sedang mendorong keterbukaan dan dapat menjadi peluang baru bagi kerja sama antara China dan Malaysia.

"China ingin bekerja sama dengan Malaysia untuk meneruskan tradisi baik mereka, menjadi tetangga dekat yang bersahabat selama beberapa generasi, mitra tulus yang bekerja sama untuk pembangunan, sahabat karib seperti layaknya saudara dan kekuatan penting untuk bersama-sama mempromosikan perdamaian dan mendorong pembangunan masing-masing," demikian disebutkan dalam pernyataan tersebut.

Presiden Xi menekankan bahwa China ingin mengintensifkan lawatan tingkat tinggi dengan Malaysia, meningkatkan komunikasi strategis, dan saling mendukung dalam isu-isu kepentingan inti masing-masing negara.

China juga disebut mendukung konsep "Malaysia yang makmur" dan bersedia berbagi pengalaman dengan pemerintahan Malaysia, memperkuat strategi pembangunan, bersama-sama membangun "Belt and Road Initiative" berkualitas tinggi, dan bersama-sama melaksanakan proyek-proyek utama seperti "Two Countries, Two Parks" dan "East Coast Railway", memperkuat kerja sama bidang pertanian dan pengentasan kemiskinan, memanfaatkan potensi kerja sama industri teknologi tinggi seperti energi baru dan ekonomi digital.

"Selain itu juga dapat memperkuat kerja sama di bidang pendidikan tinggi, penelitian ilmiah bersama dan saling pengertian di antara masyarakat. China dan Malaysia adalah bagian penting di Asia-Pasifik sebagai sesama negara berkembang dan 'emerging market'," demikian dalam keterangan tersebut.

Presiden Xi juga mengatakan mendukung Malaysia saat menjadi ketua bergilir ASEAN pada tahun depan dan bersedia bekerja sama dengan Malaysia untuk mempromosikan kerja sama Asia Timur dan integrasi ekonomi regional, memperkuat komunikasi dan koordinasi mengenai isu-isu penting dan internasional, serta berkontribusi dalam menjaga stabilitas regional.

Sedangkan Sultan Ibrahim mengatakan bahwa Malaysia adalah salah satu negara ASEAN pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan China sekaligu yang menjalin kemitraan strategis komprehensif dengan Tiongkok.

"Hubungan Malaysia-Chinadidasarkan pada rasa saling percaya dan saling menghormati. Malaysia mengapresiasi konsep pembangunan pemerintah China yang berpusat pada rakyat, mendukung inisiatif pembangunan global, inisiatif keamanan global, dan inisiatif peradaban global yang diusulkan Presiden Xi Jinping serta menganggap China sebagai mitra yang dapat dipercaya," kata Sultan Ibrahim.

Malaysia, menurut Sultan Ibrahim, berkomitmen untuk mengembangkan kemitraan yang kuat dengan China demi kemajuan bersama dan menjadi rekan dalam perjalanan menuju modernisasi.

"Malaysia telah memperoleh banyak manfaat dari pembangunan bersama inisiatif 'Belt and Road' dan ingin memperdalam kerja sama di bidang investasi ekonomi dan perdagangan, infrastruktur, konektivitas, budaya, pendidikan dan bidang lainnya," tambah Sultan Ibrahim.

Malaysia juga bersedia bekerja sama dengan China untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan dan sebagai ketua bergilir ASEAN pada 2025, dan pemimpin hubungan ASEAN-Tiongkok, Malaysia akan berperan aktif dalam mendorong pengembangan kemitraan strategis komprehensif antara ASEAN dan China.

"Malaysia sangat mengapresiasi sikap China yang adil dan adil terhadap masalah Palestina dan bersedia memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan China dalam urusan internasional dan regional," katanya.

Sebelum pertemuan berlangsung, Presiden Xi Jinping mengadakan upacara kenegaraan bagi Sultan Ibrahim di Aula Utara Balai Besar Rakyat.

Upacara itu diawali dengan tembakan meriam sebanyak 21 kali di Lapangan Tiananmen dan penghormatan pasukan. Kedua kepala negara lalu meninjau pasukan dengan band militer memainkan lagu kebangsaan China dan Malaysia. Pada malam harinya Presiden Xi mengadakan jamuan makan malam selamat datang untuk Sultan Ibrahim di Aula Emas yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Pada 2023, China menjadi rekan dagang Malaysia terbesar dalam 15 tahun berturut-turut, mencapai 450,84 miliar ringgit Malaysia (RM) atau sekitar Rp1,6 kuadriliun yang menyumbang 17,1 persen perdagangan global Malaysia.

Perdagangan kedua negara terus meningkat pada pertengahan 2024 yang mencatat sebesar RM234,09 miliar (sekitar Rp846,8 miliar) berbanding dengan RM214,87 miliar (sekitar Rp174,4 triliun) pada pertengahan tahun 2023.

Pada kuartal pertama 2024, 24 proyek telah disepakati pelaksanaannya dengan jumlah investasi sebesar RM3,4 miliar (sekitar Rp12,2 triliun).

Baca juga: Raja Malaysia melakukan kunjungan kenegaraan ke China
Baca juga: Sesi pencocokan bisnis Malaysia-China digelar di Kuala Lumpur
Baca juga: China sambut positif keinginan Malaysia bergabung dalam BRICS

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024