Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah kembali mengalami apresiasi setelah imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun mengalami penurunan.
"Pelemahan yield itu menggerus indeks dolar AS, aset berisiko seperti rupiah akan kembali diminati investor," katanya.
Ia menambahkan bahwa Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) Janet Yellen juga menyatakan bahwa ekonomi Amerika Serikat masih jauh dari level sehat.
Dari dalam negeri, lanjut dia, pasar masih dipengaruhi situasi politik menjelang Pemilu Presiden. Pelaku pasar uang masih menanti nama bakal calon presiden.
"Kondisi politik menjelang pemilihan Presiden yang cukup kondusif akan menjadi penopang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston.
Di sisi lain, ia mengatakan, kondisi fundamental ekonomi domestik yang masih cukup kuat menambah sentimen positif terhadap pasar keuangan dalam negeri.
"Arus inflow ke pasar keuangan domestik seperti saham, obligasi masih cukup kuat, investor global tampak positif memandang perekonomian Indonesia," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014