Beijing (ANTARA) - Meski belum menyampaikan motif penyerangan terhadap pelajar laki-laki Jepang berusia 10 tahun yang ditusuk hingga meninggal di Shenzhen, pemerintah China mengaku tetap menjaga komunikasi dengan otoritas negeri sakura.
"Ada komunikasi berkelanjutan antara China dan Jepang mengenai kejadian ini. Kemarin, Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong berbagi informasi yang relevan dengan Duta Besar Jepang untuk China Kenji Kanasugi melalui panggilan telepon," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Jumat (20/9).
Insiden penusukan terhadap seorang pelajar laki-laki berusia 10 tahun terjadi di Shenzhen pada Rabu (18/9) pagi. Pelajar itu ditusuk sekitar 200 meter dari gerbang sekolah Jepang.
Anak laki-laki yang memilikih ayah orang Jepang sedangkan ibunya adalah perempuan China itu sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, tapi akhirnya meninggal dunia pada Kamis (19/9) dini hari.
Otoritas setempat menangkap seorang pria berusia 44 tahun bermarga Zhong di tempat kejadian sebagai pelaku penusukan.
"Kami yakin insiden penusukan di Shenzhen adalah insiden tunggal.
Kasus ini sedang diselidiki dan ditangani oleh Kementerian Keamanan Publik, artinya prosesnya masih berlangsung dan saat ini belum ada kesimpulan," ungkap Mao Ning.
Mao Ning pun tidak dapat menyebutkan apakah otoritas keamanan sudah mengetahui motif penusukan tersebut atau belum.
"Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang perkembangan kasus, termasuk motifnya, Anda dapat merujuk ke pihak berwenang tapi sejauh yang saya ketahui, pihak berwenang China sedang menyelidiki kasus ini dan akan melanjutkan ke pengadilan sesuai dengan waktunya," tambah Mao Ning.
Pemerintah China, kata Mao Ning, memahami adanya kekhawatiran pemerintah dan rakyat Jepang di China karena insiden tersebut.
"Namun izinkan saya menjelaskan bahwa tersangka telah ditahan. Adapun motifnya, diperlukan penyelidikan menyeluruh untuk mengungkapnya hal tersebut," ungkap Mao Ning.
Meski ia menegaskan bahwa kasus itu adalah insiden tunggal, tapi ia tidak menyampaikan alasan mengapa pihak kepolisian dapat menyimpulkan peristiwa tersebut sebagai insiden tunggal.
"Selain motif tersangka, banyak faktor lain yang terkait untuk menilai apakah suatu kasus merupakan insiden tunggal atau tidak. Menurut yang kami ketahui sejauh ini, peristiwa itu adalah insiden tunggal" tambah Mao NIng.
Insiden penusukan itu terjadi tepat pada peringatan 93 tahun pemboman Jepang terhadap rel kereta api dekat Shenyang, awal dari Insiden Manchuria yang menyebabkan invasi Jepang ke China timur laut pada 1931.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyebut penusukan tersebut sebagai "kejahatan yang sangat tercela" dan telah menginstruksikan para pejabat untuk mendesak Beijing agar segera berbagi informasi tentang insiden itu "secepat mungkin".
Kediaman resmi Duta Besar Jepang untuk Tiongkok, Kenji Kanasugi, mengibarkan bendera setengah tiang pada Kamis untuk menunjukan tanda berkabung atas kematian anak laki-laki itu.
Kedutaan Besar Jepang di Beijing pun mengeluarkan peringatan setelah serangan di Shenzhen, dengan mengatakan telah terjadi insiden penusukan dan memperingatkan wara Jepang di seluruh China terhadap orang-orang yang mencurigakan. Kedutaan juga mengadakan pertemuan darurat dengan perwakilan bisnis dan sekolah Jepang untuk memberi pengarahan kepada mereka tentang kasus tersebut.
Sementara sekolah Jepang di Shenzhen memutuskan untuk tutup selama sisa minggu ini.
Shenzhen memiliki sekitar 3.600 penduduk Jepang, atau kota dengan populasi warga Jepang terbear kelima di China.
Penusukan terhadap warga negara Jepang di China itu bukanlah untuk pertama kalinya. Pada 24 Juni 2024 lalu, terjadi penusukan terhadap perempuan Jepang dan anaknya laki-laki di halte bus dekat sekolah Jepang di kota Suzhou, provinsi Jiangsu.
Atas serangan tersebut, seorang perempuan China, Hu Youping, yang bertugas sebagai petugas di bus sekolah meninggal dunia karena terluka parah demi menghalangi pelaku serangan untuk naik ke bus.
Dua minggu sebelumnya, terjadi penusukan terhadap empat orang dosen asal Amerika Serikat (AS) ketika mengunjungi Taman Beishan di kota Jilin, provinsi Jilin.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024