Dalam keterangan media yang dikeluarkan di Selangor, Malaysia, Jumat, Direktur Jenderal Departemen Meteorologi Malaysia Kementerian Sumber Daya Alam dan Kelestarian Lingkungan Hidup Muhammad Helmi Abdullah mengatakan awal fase tersebut menandai berakhirnya Monsun Barat Daya yang telah dimulai sejak 17 Mei 2024.
Ia mengimbau masyarakat untuk lebih waspada selama periode itu dan selalu mewaspadai prakiraan dan peringatan cuaca yang METMalaysia keluarkan.
Menurut dia, selama fase transisi musim hujan, wilayah di negara itu akan menerima tiupan angin lemah dari berbagai arah.
Keadaan tersebut dapat mendorong terjadinya badai petir yang biasanya membawa hujan lebat dan angin kencang dalam waktu singkat, terutama pada sore dan dini hari di sebagian besar wilayah di bagian barat dan pedalaman Semenanjung Malaysia, Sabah bagian barat, serta Sarawak bagian barat dan tengah.
Ia mengatakan kondisi cuaca seperti itu berpotensi menimbulkan banjir bandang, pohon tumbang, dan kerusakan bangunan yang tidak kokoh.
Bencana banjir saat ini sedang terjadi di sejumlah negeri di Semenanjung Malaysia.
Berdasarkan laporan terkini kejadian bencana di seluruh negara yang dikeluarkan Agensi Pengurusan Bencana Negara (NADMA Malaysia) pada pukul 19.00 WIB, empat negeri yakni Kedah, Perlis, Pulau Pinang, dan Selangor saat ini mengalami bencana banjir.
Rincian laporan itu menyebutkan Kedah menjadi lokasi dengan jumlah terbanyak warga yang menjadi korban banjir, yang mencapai 7.079 orang.
Enam daerah di negeri itu yang terdampak banjir, yakni Bandar Baharu, Kota Setar, Kuala Muda, Kubang Pasu, Pendang, dan Pokok Sena.
Sedangkan warga yang mengungsi karena banjir di Pulau Pinang mencapai 255 orang, di Selangor 101 orang, di Perlis sebanyak 90 orang.
Baca juga: Puncak musim hujan Indonesia jatuh pada November, kategori normal
Baca juga: Empat kota di Indonesia isi daftar kota terpanas di Asia Tenggara pada Juni-Agustus
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024