biaya yang jauh lebih murah karena memanfaatkan jerami sebagai pupuk

Padang (ANTARA) - Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi menilai budidaya padi sawah dengan sistem Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) sangat menguntungkan petani karena menggunakan jerami sebagai pupuk dan menghasilkan angka panen yang lebih tinggi.

"Sawah sistem MTOT ini memiliki biaya yang jauh lebih murah karena memanfaatkan jerami sebagai pupuk. Ini akan menguntungkan petani karena uang yang biasa digunakan untuk membeli pupuk, bisa ditabung," katanya di Padang, Jumat.

Ia mengatakan pengolahan sawah dengan sistem MTOT ternyata juga bisa meningkatkan produksi padi. Dari pengalaman petani yang telah menggunakan sistem itu, hasil panen bisa mencapai 8,5 ton per hektare.

"Petani juga terbebas dari biaya untuk menyewa mesin bajak karena dengan sistem ini, tanah sawah tidak perlu dibajak, tetapi dibuat seperti bedengan," katanya.

Ia menyebut dengan banyak keuntungan yang memangkas pengeluaran itu, petani akan sangat diuntungkan dan bisa mendapatkan pendapatan lebih besar.

Baca juga: Pemkot Semarang gandeng BRIN majukan pertanian lewat teknologi
Baca juga: BRIN kembangkan rekayasa teknologi jawab kurangnya lahan pertanian

Namun menurut Gubernur, kecenderungan petani di Sumbar, tidak mau percaya dengan sistem atau cara tanam baru, tanpa melihat bukti nyata.

Karena itu ia mengapresiasi pihak-pihak yang bersedia membuat percontohan sawah MTOT tersebut, salah satunya Pemkab Pesisir Selatan.

"Pemkab Pesisir Selatan mengalokasikan APBD untuk membuat sawah percontohan sistem MTOT di Lengayang seluas 20 hektare. Sawah ini akan menjadi contoh bagi petani di sekitar bahkan mungkin nanti lebih luas lagi di berbagai daerah di Sumbar," katanya.

Sementara itu praktisi sawah MTOT, Ir Joni yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumbar menyebut sistem Mulsa Tanpa Olah Tanah itu dipopulerkan Field Indonesia.

Dengan sistem itu, petani memanfaatkan jerami sisa panen sebagai pupuk alami. Jerami itu disebar pada lahan sawah yang dibuat seperti bedengan.

"Sebulan setelah disebar, jerami sudah menjadi pupuk. Tidak perlu lagi menggunakan pupuk anorganik, karena itu petani tidak perlu ragu untuk menggunakan sistem ini," katanya.

Baca juga: BRIN kembangkan teknologi biostimulan guna dongkrak hasil pertanian
Baca juga: Petani terapkan teknologi SRI dongkrak produksi pangan
Baca juga: Petani di Bali manfaatkan eco enzyme untuk menanam padi

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024