Sejarah

Korfball sudah lama ada, diciptakan di Belanda pada 1902. Olahraga ini juga menjadi salah satu cabang olahraga pendiri Ikatan Sport Indonesia (ISI) pada 1938 yang menjadi cikal bakal Komite Olahraga Nasional (KONI).

Olahraga ini pernah dipertandingkan pada PON perdana 1948 hingga PON keempat. Karena dianggap sebagai olahraga orang Belanda, maka secara otomatis korfball tak lagi dipertandingkan di PON saat Belanda hengkang dari Tanah Air.

Olahraga ini baru muncul kembali di Indonesia sekitar 1983. Tokoh pendiri yakni Surowo Abdul Manaf, salah seorang tentara Mastrip masa perjuangan.

Menurut Technical Delegate korfball PON XXI Adelaida Koraag, kala itu Surowo dan koleganya mulai rindu dengan olahraga ini, sehingga mulai memainkan kembali. Lalu, ia mengajarkan kepada anak-anaknya, hingga terus berkembang di era sekarang.

“Awalnya olahraga ini adalah olahraga santai, olahraga family, tapi lama kelamaan ternyata ini mengasikkan dan bisa menuju ke arah prestasi,” ujar Adel.

Pada 1987, menurut Ketua Bidang Hubungan Internasional PP PKSI ini, tim korfball Indonesia pernah ikut dalam kejuaraan dunia di Belanda. Adel ikut membela tim korfball Indonesia pada masa itu.

Para pemain berangkat ke Belanda secara mandiri, lantaran korfball belum terdaftar sebagai anggota KONI. Sementara secara internasional, korfball Indonesia sudah diterima menjadi anggota International Korfball Federation (IKF) sejak 1984.
Pemain korfball DKI Jakarta foto bersama Ketua Umum Pesatuan Korfball Seuruh Indonesia (PKSI) Rian Putra Utama (ketiga kiri bawah) usai menerima medali emas nomor K8 Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara di GOR Merah Putih, Kota Sabang, Aceh, Senin (16/9/2024). ANTARA/Khalis Surry

Baca juga: DKI Jakarta tutup pertandingan korfball dengan raih emas nomor K8

Usai mengikuti berbagai ajang internasional pada era 80-an, olahraga ini kembali vakum. Mereka para mantan pemain korfball di era order baru itu pelan-pelan tetap melanjutkan tongkat estafet keberlanjutan olahraga ini.

“Maka kami, yang saat itu muda, mulai melanjutkan olahraga ini sampai 2015 hingga bisa diterima menjadi anggota KONI,” ujarnya.

Pada 2016 silam, korfball sudah pernah melakukan laga eksibisi pada PON Jawa Barat sebagai persiapan mengikut PON XX Papua. Namun, kala itu tuan rumah Papua tidak siap untuk tim korfball sehingga dibatalkan.

PP PKSI tak menyerah. Mereka mengajukan kepada Aceh dan Sumatera Utara yang merupakan tuan rumah PON XXI 2024, dengan harapan korfball bisa kembali ke ajang empat tahunan itu.

Ternyata Aceh siap dengan korfball, sehingga secara otomatis Aceh bersedia menerima korfball untuk dipertandingkan di PON XXI. Bahkan, pencapaian tuan rumah Aceh juga luar biasa, mampu mengunci medali emas pada nomor K4-2.

Baca juga: Korfball - Aceh kunci emas perdana PON XXI nomor K4-2 di Sabang

Selanjutnya: Mix gender

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024