Sidoarjo (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, menegaskan bahwa sering jebolnya tanggul penahan lumpur yang dibangun PT Lapindo Brantas Inc. bukan disengaja, namun akibat tidak mampu menahan besarnya luapan lumpur yang terus bertambah.
"Tidak ada unsur kesengajaan, tapi memang kondisinya sudah melebihi kapasitas, sehingga lumpurnya meluap melebihi tanggul," kata Purnomo kepada wartawan, usai meninjau lokasi
relief well dan tanggul penahan lumpur di Porong, Sidoarjo, Minggu.
Dalam kesempatan itu, Purnomo didampingi
General Manager (GM) Lapindo Brantas Inc., Imam Agustino, Ketua Tim Nasional Penanggulangan Bencana Lumpur (Timnas PBL), Basuki Hadimuljono, dan Bupati Sidoarjo, Win Hendrarso.
Purnomo mengatakan, upaya antisipasi sudah dilakukan PT Lapindo Brantas Inc. dan Timnas PBL, yakni dengan meninggikan sekaligus menguatkan tanggul yang ada.
"Selain itu, jika sudah ada tanda-tanda luapan lumpur makin tinggi, maka lumpur dialirkan ke Kali Porong untuk menghindari tanggul jebol," ujarnya.
Purnomo mengemukakan, semburan lumpur dari sumur pengeboran Banjar Panji I milik PT Lapindo Brantas Inc. makin besar dan volume lumpur yang keluar juga tinggi.
Upaya penguatan tanggul menjelang datangnya musim hujan terus dilakukan, terutama tanggul yang berada di sekitar infrastruktur transportasi, diantaranya rel kereta api, jalan tol dan jalan raya, ujarnya.
Warga yang menjadi korban luapan lumpur itu marah lantaran seringnya tanggul penahan lumpur jebol dan mengenangi sejumlah desa. Bahkan, mereka sempat berunjuk rasa menutup ruas jalan tol dan Jalan Raya Porong guna menuntut PT Lapindo Brantas Inc. menguatkan tanggul-tanggul yang ada.
Purnomo mengatakan, luapan lumpur makin tinggi, namun upaya pengerjaan
relief well (pengeboran miring) untuk menghentikan semburan lumpur yang sudah berjalan sekitar 30 persen tidak mengalami hambatan dan terus dilakukan.
"Saya pastikan, relief well tetap jalan dan tidak ada masalah. Sementara itu, penguatan tanggul juga terus dilakukan," demikian Yusgiantoro. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006