Tendanya itu bagus, banyak, tetapi memang jamaahnya banyak, jadi maksudnya tenda itu lebih kepada maknanya ya, kapasitas, yakni bagaimana sebetulnya rasio jumlah jamaah kita di satu lokasi tertentu untuk menempati tenda-tenda yang digunakanJakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) menyebut penempatan tenda untuk jamaah haji pada penyelenggaraan selanjutnya akan lebih proporsional dan menyesuaikan kapasitas jamaah haji.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief di Jakarta pada Jumat untuk merespons hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), di mana hasil indeks kepuasan jamaah haji Indonesia (IKJHI) tahun 2024 terhadap tenda di Armuzna masih di angka 76,10, hanya meningkat 3,16 poin dari tahun 2023 sebesar 72,94.
“Tendanya itu bagus, banyak, tetapi memang jamaahnya banyak, jadi maksudnya tenda itu lebih kepada maknanya ya, kapasitas, yakni bagaimana sebetulnya rasio jumlah jamaah kita di satu lokasi tertentu untuk menempati tenda-tenda yang digunakan oleh mereka. Yang ramai kemarin itu karena masalah kepadatan, kalau padatnya iya, tugas dari Kemenag itu menjaga bagaimana agar jangan sampai terjadi kepadatan yang berlebihan,” ujar Hilman.
Ia menegaskan terkait permasalahan infrastruktur, hal tersebut menjadi kewenangan dari Pemerintah setempat di Arab Saudi, yang saat ini juga sedang membuat desain skema-skema baru.
Baca juga: Wapres: Perlu pembenahan infrastruktur antisipasi kepadatan di Mina
Baca juga: Atasi kepadatan, MUI nilai bangunan tingkat harus dibangun di Armuzna
“Khususnya bagaimana agar di Mina untuk penempatan jamaah itu bisa lebih proporsional, tetapi juga bisa melakukan relaksasi terhadap kepadatannya,” ucapnya,
Untuk mengurai kepadatan jamaah haji, Hilman mengemukakan bahwa Kemenag bersama Pemerintah Arab Saudi sedang menyusun skema tanazul, atau kembali ke hotel tanpa prosesi mabit (bermalam) di tenda Mina untuk mengurai kepadatan jamaah.
“Itu yang saya sebutkan tadi tanazul, desainnya berarti hotel-hotel terdekat di Mina akan lebih banyak yang disewa, kemarin kan kesulitannya adalah siapa jamaah yang akan melakukan tanazul-nya, karena datanya harus jelas, tanazul itu apa? Mabit-nya tidak di tenda atau di Mina, tetapi di hotel terdekat, sementara kita tahu jamaah haji itu 98,9 persen itu baru semua, yang ingin merasakan sensasi tinggal di tenda,” paparnya.
Namun, ia menekankan, skema tanazul tersebut masih didiskusikan dan bersifat sukarela.
“(Skema tanazul) masih tricky, karena itu nanti kita siapkan kategori-kategori khusus karena bagaimanapun tanazul itu sudah ada, tetapi sifatnya sukarela, belum by design,” ucapnya.
Baca juga: MUI: Evaluasi DPR RI soal haji tak sepenuhnya salah Kemenag
Baca juga: Menag ungkap harapan ada solusi Arab Saudi atasi kepadatan di Mina
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024