Mimpi yang terwujud


Raihan medali emas yang dipersembahkan Leica, seolah menjadi mimpi yang jadi kenyataan bagi Andi Lubis. Saat kecil, Andi sempat menjadi atlet karate namun hanya skala lokal saja.

Bagi Andi, PON, merupakan impiannya. Bertanding dengan seluruh atlet nasional dan disaksikan ratusan pasang mata menjadi hal yang selalu ia dambakan. Namun perjalanannya di karate terhenti ketika realitas kehidupan memaksanya untuk bekerja sebagai wartawan.

Setelah berkeluarga dan memiliki dua orang anak, Andi tidak pernah sekalipun berbicara tentang masa lalunya yang sempat menjadi atlet karate.

Namun ternyata apa yang ia pernah lakukan pada masa mudanya dulu secara tak langsung terwariskan kepada anak bungsunya, Leica Al Humaira Lubis. Pada umur 10 tahun Leica tiba-tiba meminta diantarkan oleh ibunya untuk latihan karate.

"Ibunya bilang ke saya, Leica latihan karate, ya sudah bagus," kata Andi.

Mendengar hal tersebut, Anwar tentu turut senang karena olahraga ini akan membuat fisik Leica sehat dan mentalnya tertempa dengan baik. Ia selalu menekankan agar Leica selalu bergembira menjalani setiap latihan dan tidak terbebani harus meraih prestasi.

Setelah cukup lama berlatih karate, Leica akhirnya tahu bahwa ayahnya juga sempat menjadi atlet karate meski tak pernah menggapai PON. Pada tahun 1990-an, menjadi atlet PON adalah sebuah pencapaian luar biasa, terlepas bisa meraih medali ataupun tidak.

Kini Leica berhasil tampil perdana di PON XXI Aceh-Sumut dan langsung meraih medali emas. Apa yang digapai oleh Leica ini membuat mimpi Andi akhirnya terukir nyata.

"Tetaplah rendah hati apapun pencapaianmu, karena karate mengajarkan itu," kata Andi.

Baca juga: Meski gagal hattrick juara umum, Jabar puas dengan karateka debutan
Baca juga: Akhiri dominasi Jabar, DKI Jakarta juara umum karate PON XXI

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024