Tidak butuh waktu lama bagi Fakhri Husaini membentuk tim berkualitas, pengalaman karir kepelatihan memudahkan jalannya mewujudkan hasil maksimal untuk Jawa Timur hingga meraih medali emas.
Di final, Jawa Timur bertemu tim satu kepulauan yaitu Jawa Barat. Kehebatan Fakhri Husaini dalam meracik strategi harus diakui penggemar sepak bola di nusantara ini.
Persiapan singkat bukan problem baginya meraih kemenangan. Ia hanya perlu mempelajari taktik tim lawan yang bakal hadapi, dan mempersiapkan cara kerja pemainnya di lapangan.
Fakhri melalui kaki anak didiknya mampu mengalahkan Jawa Barat 1-0, dan berhak membawa pulang kepingan emas untuk Jawa Timur yang sudah puasa medali emas sepak bola PON 16 tahun lamanya.
Baca juga: Kalahkan Jawa Barat 1-0, Jawa Timur raih emas sepak bola putra
"Untuk persiapan tim Jawa Timur ini hanya dua bulan," kata Fakhri Husaini yang diutarakan usai menerima pengalungan medali emas sepak bola putra PON XXI Aceh-Sumut.
Tak hanya persiapan dua bulan, Fakhri juga menghadapi lika-liku sulit selama membentuk skuad Jawa Timur, dalam proses pelatihan, enam pemain terpilih kemudian mundur karena bergabung ke liga 2 dan liga 1 Indonesia. Sehingga harus menyeleksi ulang pemain.
Meski demikian, dirinya bersyukur karena Jawa Timur memiliki sumber pemain muda potensial, sehingga tidak begitu sulit baginya melatih mereka hingga menjadi satu tim tangguh, dan kompak. Terbukti, mereka mendapatkan medali emas.
Dirinya menuturkan, Jawa Timur memiliki banyak pemain bagus yang seharusnya bisa bergabung ke tim PON ini. Bahkan, saat uji coba ia sempat melirik seorang striker muda kelahiran 2005.
Tetapi, pemain muda tersebut gagal direkrut untuk bergabung ke tim PON, karena nama-nama pemain telah didaftarkan di KONI. Sehingga yang bersangkutan tidak bisa masuk skuat.
Artinya, pencapaian mereka ini sebagai bukti kuat bahwa Jawa Timur adalah salah satu sumber pemain muda potensial untuk tim nasional kedepannya. PON XXI Aceh-Sumut menjadi saksinya.
Baca juga: Fakhri Husaini: Persiapan Jatim raih medali emas hanya dua bulan
Selanjutnya: Emas yang tertunda
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024