Gaza (ANTARA) - Saber Dawas, seorang tukang kayu Palestina, sibuk membuatkan sandal kayu untuk anak-anak pengungsi di wilayah Al-Mawasi yang terletak di sebelah barat Khan Younis di Jalur Gaza selatan.

Sebilah kayu, lembaran kain atau kulit, gergaji, dan palu merupakan peralatan utama yang digunakan Dawas untuk membuat sandal-sandal kayunya.

Ayah enam anak berusia 38 tahun tersebut mendapatkan ide itu kala anak-anaknya kehilangan sandal mereka ketika melarikan diri dari tenda dalam serangan tentara Israel di daerah sekitar tempat tinggalnya tiga pekan lalu.

"Baik saya maupun anak-anak saya tidak sempat membawa sandal atau sepatu saat terjadinya serangan itu. Kami melarikan diri tanpa alas kaki, kabur dari daerah itu untuk menyelamatkan diri dari kematian," kenang Dawas.
 
   Saber Dawas, seorang tukang kayu Palestina, tengah sibuk membuat sandal kayu untuk anak-anak pengungsi di daerah Al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis di Jalur Gaza selatan. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad.


Ketika Dawas dan keluarganya kembali ke tenda, mereka mendapati bahwa semua barang telah dicuri, termasuk sepatu mereka. "Jadi, anak-anak saya terpaksa berjalan tanpa alas kaki dari satu tempat ke tempat lain. Pasirnya sangat panas, dan ada pecahan kaca di mana-mana."   Itulah sebabnya Dawas memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menggunakan keterampilan pertukangannya untuk membuat sandal bagi anak-anaknya.

Untuk melindungi anak-anaknya dari pasir yang panas dan pecahan kaca, Dawas pergi ke pasar setempat untuk membeli sandal atau sepatu bagi mereka. Namun, harganya begitu mahal, dan dia pulang dengan tangan hampa.

"Sandal termurah dijual seharga 70 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.287). Saya tidak punya uang sebanyak itu. Sejak perang ini pecah 11 bulan yang lalu, saya tidak memiliki pekerjaan," keluh Dawas.

"Namun, saya tidak bisa membiarkan anak-anak saya menderita karena pasir yang panas atau berjalan tanpa alas kaki sepanjang waktu," lanjutnya.
 
Saber Dawas membuat sandal kayu untuk anak-anak pengungsi di daerah al-Mawasi, kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 9 September 2024. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad.   


Itulah sebabnya Dawas memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menggunakan keterampilan pertukangannya untuk membuat sandal bagi anak-anaknya.   Sementara itu, tentara Israel memberlakukan pengepungan ketat di Gaza, menutup perbatasan daerah kantong pesisir tersebut dan mencegah masuknya berbagai barang kebutuhan pokok, termasuk sepatu, sandal, dan produk kebersihan, ke Gaza, demikian menurut kantor media pemerintah yang dikelola Hamas.

"Saya tidak punya cara lain untuk mendapatkan sandal bagi mereka. Saya sangat senang ketika anak perempuan saya memakai sandal tersebut dan berjalan di antara tenda-tenda tanpa khawatir akan terluka akibat pecahan kaca atau pasir yang panas," kata Dawas dengan bangga.

"Ayah saya adalah pahlawan karena dia membuatkan sandal untuk saya, meski kami tak punya uang untuk membeli sandal baru," tutur Heba Dawas (9) mengungkapkan kebahagiaannya kepada Xinhua.

Israel melancarkan serangan berskala besar terhadap Hamas di Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas di perbatasan Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 lainnya disandera.

Serangan tersebut menyebabkan kerusakan yang meluas pada bangunan tempat tinggal dan infrastruktur warga Palestina. Pada awal Juli, data statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa 1,9 juta orang, atau sekitar sembilan dari 10 penduduk Gaza, mengungsi di wilayah Jalur Gaza.
 
Saber Dawas membuat sandal kayu untuk anak-anak pengungsi di daerah al-Mawasi, kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 9 September 2024. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad.


Sementara itu, tentara Israel memberlakukan pengepungan ketat di Gaza, menutup perbatasan daerah kantong pesisir tersebut dan mencegah masuknya berbagai barang kebutuhan pokok, termasuk sepatu, sandal, dan produk kebersihan, ke Gaza, demikian menurut kantor media pemerintah yang dikelola Hamas.

"Musim dingin sudah semakin dekat, dan ini akan menjadi bencana bagi para pengungsi. Mereka kekurangan kebutuhan pokok, seperti papan, sandang, dan pangan. Kami tidak tahu bagaimana kami akan menangani situasi bencana semacam ini," ungkap Ismail Thawabta, kepala kantor media pemerintah yang dikelola Hamas, kepada Xinhua.

Melihat kegembiraan di wajah anak-anaknya ketika mereka menerima sandal kayu, Dawas memutuskan untuk membantu anak-anak lain yang masih berjalan tanpa alas kaki. Dia memperluas produksi sandal kayunya untuk anak-anak di Al-Mawasi, memberikan sandal kayu secara cuma-cuma.

"Orang tua dari anak-anak yang membutuhkan sandal hanya perlu memberi saya bahan-bahan dasar, dan saya dengan senang hati akan membuatkan sandal untuk melindungi kaki mereka baik di musim panas maupun musim dingin," imbuhnya.


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024