Jakarta (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta optimis Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) mampu untuk menekan angka stunting pada anak-anak.
 
"Gemarikan merupakan upaya mengintervensi terhadap percepatan penurunan stunting," kata Kepala Dinas KPKP DKI, Suharini Eliawati saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat.
 
Eli mengatakan, Gemarikan merupakan amanat Kementerian Kesehatan yang menyebutkan bahwa salah satu protein yang benar-benar dapat melakukan percepatan penurunan stunting, yakni protein hewani.
 
Terkait hal itu, Pemerintah Provinsi DKI kemudian mengumpulkan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki fasilitas kolam untuk disebarkan benih ikan secara gratis.

Baca juga: 600 siswa SD di Jaktim diedukasi agar gemar makan ikan
 
Dinas KPKP DKI melakukan pendampingan dalam perkembangbiakan ikan tersebut yang nantinya setelah panen kelima, warga diharapkan melakukannya secara mandiri.
 
"Diharapkan setelah panen kelima, mereka sudah bisa mandiri beli bibitnya sendiri," ujarnya.
 
Nantinya, ikan yang sudah dipanen ini bisa diolah dan dimasak untuk dibagikan kepada anak-anak terduga stunting yang tercatat dalam data Dinas Kesehatan maupun Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta.
 
"Memang penanganan stunting juga tidak bisa per sektor, harus ikut semuanya," tegasnya.

Kegiatan Kampanye Gemarikan Tahun 2024 ini ditargetkan diikuti sebanyak lebih dari 1.000 siswa sekolah dasar (SD) di DKI Jakarta.

Baca juga: Jakpus kampanyekan gerakan makan ikan di SDN Johar Baru 10 Pagi
 
Prevalensi stunting di Jakarta masih di bawah angka nasional, yakni nomor dua terendah di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan. Pada 2022 tercatat sebesar 14,8 persen, sedangkan pada 2023 mencapai 17,6 persen.
 
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta menempuh berbagai strategi untuk mempercepat penanganan stunting, yakni intervensi spesifik dan sensitif.
 
Intervensi spesifik, yakni pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan skrining Hemoglobin (Hb) bagi remaja putri. Sedangkan calon pengantin diberikan edukasi kesehatan dan tata laksana masalah.
 
Untuk intervensi sensitif, pemerintah menjalankan program Kelurahan Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024