Jakarta (ANTARA News) - Hujan melanda sebagian wilayah yang berbatasan dengan ibukota Jakarta, terutama di Bekasi, Sabtu malam, setelah sejak Juni 2006 tidak pernah turun, namun laporan dari berbagai daerah masih menunjukkan berlangsungnya musim kemarau. Meski gerimis hanya berlangsung sekitar 20 menit mulai pukul 18.30, hujan mampu menyiram debu di jalanan dan di pepohonan. Gerimis berlangsung di tengah suasana mati aliran listrik di sebagian wilayah Kecamatan Jatiasih, Bekasi, yang berlangsung sejak pukul 17.50 hingga pukul 19.00 WIB. Aliran listrik di kawasan itu mati di tengah masyarakat sedang menanti saat berbuka puasa. Meski gerimis, namun belum ada keterangan mengenai perkembangan dan prakiraan cuaca untuk wilayah Ibukota Jakarta dan sekitarnya beberapa waktu mendatang, apakah gerimis itu menandai segera berakhirnya kemarau atau penyimpangan cuaca. Kekeringan di Jateng Secara nasional, cuaca sepanjang hari Sabtu masih diwarnai dengan banyaknya laporan mengenai kekeringan dan kabut asap. Kekeringan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, akibat kemarau panjang makin luas dan untuk mengatasi hal ini Gubernur Mardiyanto membantu pendropan air bersih ke desa-desa di daerah ini dalam bentuk uang sebesar Rp91 juta yang diserahkan melalui Badan Koordinasi Lintas (Bakorlin) Wilayah 1 Pati. "Bantuan dari gubernur sudah kami ambil beberapa hari lalu untuk dibelikan air bersih yang kemudian kami distribusikan ke desa-desa yang dilanda kekeringan," kata Kasubag Kesra di Bagian Sosial Pemkab Grobogan, Komang AG, di Grobogan, Sabtu. Bencana kekeringan di Grobogan yang terjadi Juni 2006 di 109 desa yang tersebar di Kecamatan Ngaringan, Gabus, Kradenan, Wirosari, Tawangharjo, Grobogan, Brati, Pulokulon dan Geyer, makin meluas di sekitar 123 desa lagi yang tersebar di 15 kecamatan. Ia menjelaskan kekeringan itu meluas di Kecamatan Kedungjati, Penawang, Godong, Karangrayung, Klambu dan Kecamatan Toroh. "Kami terus melakukan pengedropan air bersih ke desa-desa yang rawan kekeringan dan mudah-mudahan penyaluran air bersih bisa merata," katanya menjelaskan. Sementara itu, Bupati Grobogan, Bambang Pudjiono, meminta kepada masyarakat untuk lebih tawakal dan bersabar menghadapi bencana kekeringan tahun ini, karena musim kemarau tahun 2006 yang melanda di daerahnya diprediksi waktunya lebih panjang. "Kami terus berupaya untuk membantu masyarakat yang terkena bencana kekeringan dengan melakukan pengedropan air bersih yang rata-rata antara delapan sampai 10 tangki air setiap harinya," katanya. Kondisi Jambi Sementara itu, kebakaran lahan di areal pencadangan perkebunan kelapa sawit PT Nusa Sawit Pratiwi (NSP) di Desa Arang-Arang Kec. Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi yang terjadi sejak Rabu (27/9) hingga Sabtu belum berhasil dipadamkan. Wakil Gubernur Jambi, Antony Zeidra Abidin, bersama sejumlah pejabat terkait dan wartawan ketika meninjau lokasi kebakaran sekitar 40 Lm arah timur Kota Jambi itu, Sabtu, terpaksa turun tangan ikut melakukan pemadaman menggunakan pompa air. Areal perkebunan PT NSP seluas 8.000 hektare atau 2.000 hektare belum ditanam memperoleh izin pekebunan kelapa sawit dengan status hak guna usaha (HGU). Anehnya kabut asap yang terjadi melanda Kota Jambi dan timbul tenggelam dalam dua bulan ini (Agustus dan September 2006) justru sering dari kebakaran lahan di areal PT NSP, sehingga ada indikasi lahan tersebut sengaja dibakar untuk memperluas lahan. Sebab dengan membakar untuk membuka lahan biaya murah sekaligus mampu menurunkan kadar asam tanah jika hujan turun memadamkan kebakaran. Pada bulan Agustus 2006 kebakaran lahan juga terjadi di areal PT NSP dan kini terlihat sedang dibersihkan (land clearing) untuk ditanam sawit. Dari bekas lahan yang sudah ditaman kelapa sawit berusia satu sampai dua tahun pun terlihat bekas areal yang dibakar. "Saya minta PT NSP di sini lebih bertanggungjawab terhadap kebakaran lahan, karena dari hasil pantauan satelit NOAA pada Jumat sore (29/9) jumlah titik panas/titik api (hot spot) sebanyak 22 titik terbanyak di lokasi perusahaan perkebunan," katanya. Perusahaan perkebunan kelapa sawit di Jambi harus melakukan preventif mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan dengan memperbanyak personel pemadaman dan peralatan pompa air. Cuaca Batam Udara Kota Batam di Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu, bercampur asap pekat kiriman selatan Sumatera dan uap dari laut sekitar, menyebabkan mendung sejak tengah hari hingga pukul 13.30 seperti temaram menjelang magrib yang disertai bau jelaga menyengat. "Ini akibat kiriman asap dari Sumatera Selatan dan Sumatera Bagian Selatan. Udara Singapura dan Semenanjung Malaysia selatan juga mengalami hal yang sama," kata Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Batam, Herry Saroso. BMG Batam intensif memantau pergerakan angin yang selalu berubah setiap beberapa jam sekali akibat oksidasi yang terjadi di Kutub Utara belahan Bumi dengan "Asean Specialized Meteorogical Centre" (ASMC) Singapura. Dalam beberapa pekan ini, kata Herry, angin dari arah selatan Kepulauan Riau, mendatangkan asap bakaran hutan dan lahan dari Sumbagsel dan Sulsel yang titik panas di wilayah itu mencapai 500-800 buah. Ia memprediksi situasi ini masih akan kerap terjadi dalam 1-2 bulan lagi bila di Sumatera belum juga diguyur hujan besar dan pembakaran lahan dan hutan dibiarkan terus terjadi, karena baru mulai Oktober arah angin selatan berubah utara-timuri yang bertepatan dengan tibanya musim hujan. Hari Sabtu, jarak pandang pilot untuk keperluan penerbangan dari dan ke Bandara Hang Nadim Batam hanya 2 km, padahal jarak pandang normal di Kepri 9 km. Sementara ini, belum ada gangguan berarti bagi lalu lintas penerbangan di Hang Nadim karena tersedia "instrument landing system" (ILS) kata Herry BMG Batam yang berkantor di kompleks Bandara Hang Nadim mencatat, tidak ada pembakaran yang signifikan di daratan Pulau Batam, sementara di Semenanjung Malaysia meski terdapat titik asap, jumlahnya jauh lebih sedikit ketimbang di Sumatera, khususnya di daerah selatan. Ia berpendapat, kebakaran hutan dan lahan di Sumatera masih diakibatkan ulah manusia, bukan oleh faktor alam. Fenomena itu dilukiskannya dengan menunjuk pada pagi hari "hot spot" cenderung menurun, namun meningkat pada siang sampai sore karena banyak orang yang membakar hutan dan lahan. Kabut asap tersebut sekedar kabut asap biasa tetapi berasal dari pembakaran hutan yang terjadi di beberapa daerah di Sumatera. "Hal itu dapat diketahui dari pekatnya udara dan bau menyengat," katanya. Tiupan angin dari arah barat, sedikit banyak membantu memecahkan kabut asap, katanya. Petugas KPLP Pelabuhan Domestik Sekupang A Tambunan menyatakan, meskipun sejak pagi hari Batam dan wilayah sekitarnya ditutupi kabut asap, tidak menyebabkan kapal-kapal cepat (fery) yang melayani Batam-Tanjung Balai Karimun dan Batam-Tanjung Pinang membatalkan keberangkatanya. Begitu pula sebaliknya. Dengan guyuran hujan setidaknya dapat membantu jarak pandang pilot untuk keperluan penerbangan dari dan ke Bandar Udara Hang Nadim Batam, karena saat ini jarak pandang sekitar 2 km, sedangkan jarak pandang normal 9 kilo meter. "Ini akibat pembakaran hutan di Jambi dan Sumatera Selatan. Kabut asap juga melanda negeri jiran Singapura dan Malaysia selatan," ujar Herry.Bangka Belitung Kekeringan yang melanda wilayah pulau Bangka sejak satu bulan terakhir menyebabkan warga Bangka mulai mengambil air di bekas galian timah berupa kolam-kolam dan kolong tambang inkonvensional untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Dari pantauan ANTARA, Sabtu, di beberapa lokasi kolong tambang, seperti arah ke Pasir Padi, Rangkui dan Jembatan Pahlawan 12 Pangkalpinang, terlihat banyak orang yang mengambil air menggunakan dirijen dan mobil bak terbuka Setiap hari mobil bak terbuka. Wirda, seorang ibu rumah tangga warga Jl. Yos Sudarso menyatakan, sejak tiga minggu terakhir ia menggunakan air bekas kolong TI untuk keperluan MCK. Bahkan terkadang sore hari ia ikut mandi bila orang sedang sepi. Sumur di rumahnya sudah sejak sebulan lebih kering, sementara air PDAM tidak mengalir. Air bekas galian timah itu ada yang berwarna biru seperti spiritus atau biasa disebut kolong spiritus dan ada juga yang agak kehijauan. Warga lebih suka menggunakan air berwarna kehijauan dan biasanya lebih jernih untuk keperluan MCK itu. Kasubdin Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Propinsi Bangka Belitung, Farida Bey, menyatakan, air kolong TI itu tidak bisa digunakan untuk keperluan air minum meski ada yang terlihat jernih. Warga juga harus hati-hati menggunakan untuk MCK. Bila gatal dan kulit terasa kesat sebaiknya menghindari penggunaan air kolong tersebut. Air yang sehat secara kasat mata bisa dilihat seperti tidak berwarna, tidak berbau dan jernih. Untuk mengetahui apakah air itu mengandung kuman perlu dilakukan tes bakteriologi. Misalnya untuk kuman bakteri E-coli tidak boleh lebih dari satu mg. Air dikolong TI atau yang lebih dikenal dengan sebutan lobang camui itu sebaiknya tidak digunakan untuk keperluan MCK, terutama di tambang-tambang yang baru ditinggalkan. "Saya sarankan sebaiknya warga cari sumber air lain. Kan masih banyak sumur bor ataupun sumber air sehat lain yang bisa digunakan," ujarnya. Banjarmasin Wilayah udara Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, beberapa hari belakangan dihujani "kelalatu" dari kebakaran lahan dan semak belukar yang terjadi didaerah sekitar. Pemantauan ANTARA hingga Sabtu selain diselimuti asap tipis, wilayah Banjarmasin dan sekitarnya juga dihujani kelalatu yang masuk ke rumah-rumah penduduk dan tampak menempel pada pakaian milik warga yang dijemur secara terbuka. Akibat hujan kelalatu dalam beberapa hari belakangan menyebabkan jalan-jalan dan pekarangan rumah penduduk tampak kotor. Seperti dikeluhkan sejumlah warga dibilangan jalan Sultan Adam yang menyebutkan kelalatu itu tampak pada sore hari, kotoran hitam itu seringkali merusak cucian pakaian di jemuran, mengotori pelataran rumah serta halaman-halaman rumah. Seorang ibu mengatakan, pihaknya terpaksa setiap hari membersihkan pelataran dan pekarangan rumah dari tumpukan kelalatu, kalau tidak dibersihkan pelataran dan pekarangan menghitam, kalau terkena kaki maka menjadi kotor. Untuk mengurangi dampak dari kelalatu tersebut sebagian rumah penduduk diberi tambahan kanopi menggunakan terpal, atau pelindung lainnya, sehingga pelataran atau jemuran tidak terkena benda kotor tersebut. Melihat bentuk dari kelalatu tersebut, kata ibu tersebut agaknya yang paling banyak terbakar adalah tumbuhan alang-alang, karena bentuk daun alang-alang itulah yang terbanyak bertebangan di udara kota ini. Berdasarkan keterangan kebakaran hutan dan semak belukar memang setiap hari terjadi di sekitar kota Banjarmasin seperti di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kabupaten Tanah Laut (Tala) serta Kabupaten Banjar. Kebakaran semak belukar, lahan pertanian dan hutan itu telah memproduksi asap dan kelalatu ke udara, dan produksi itulah yang berteberan hingga ke dalam kota Banjarmasin. Sementara keterengan dari pihak Dinas Kehutanan Kalsel, kebakaran hutan dan semak belukar terus terjadi di Kalsel, khususnya pada musim kemarau tahun 2006 ini dan terhitung hingga 24 September secara komulatif jumlah titik api di Kalsel yang terpantau satelit sudah mencapai dua rib u lebih titik api. Jumlah titik api itu memang tidak sekaligus tetapi sifatnya bergantian ada titik api yang sudah padam, lalu kemudian muncul lagi titik api yang baru, tetapi titik api yang padam tersebut telah melahirkan produksi asap yang pekat kalau titik api itu berasal dari lahan gambut. Untuk menghindari serbuan kabut asap bagi kesehatan manusia di beberapa lokasi Kabupaten/kota Kalsel telah membagikan masker gratis, seperti Walikota Banjarmasin udhi Wahyuni bersama jajaran Dinas Kesehatan setempat membagikan sedikitnya 4000 buah masker untuk penegguna kendaraan bermotor. Akibat kabut asap tebal yang menyelimuti wilayah kota Muara Teweh, kabupaten Barito Utara (Barut) menyebabkan jarak pandang hanya 500 meter, sehingga pesawat milik PT Dirgantara Air Service (DAS) nyaris gagal mendarat di bandara Beringin kota setempat. Pemantauan ANTARA di bandara Beringin Muara Teweh, Sabtu siang pesawat Cassa-212 dengan kode penerbangan PK-VSP dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan menuju Muara Teweh sempat berputar-putar di atas bandara sebanyak dua kali. Pesawat yang dipiloti H Soemiskun dan Co pilot Syahril itu saat mau mendarat di bandara Beringin Muara Teweh sempat dua kali melintasi bandara karena ujung landasan pacu tertutup kabut asap tebal. Upaya pendaratan yang ketiga kalinya terus dilakukan oleh pilot pesawat tersebut sambil melakukan komunikasi dengan petugas radio di bandara Beringin Muara Teweh. "Kalau pesawat tiga kali tidak bisa mendarat kemungkinan pesawat tersebut akan kembali ke Banjarmasin," kata Handoko, seorang petugas DAS Muara Teweh saat berada di bandara. Sementara para penumpang dan warga lainnya yang berada di bandara satu-satunya di Muara Teweh itu harap-harap cemas, karena melihat pesawat dua kali gagal mendarat. Namun upaya pendaratan yang ketiga terus dilakukan dan tepat pukul 12.00 Wib pesawat yang berpenumpang 21 orang itu berhasil mendarat dengan mulus di tengah kabut asap yang menyelimuti wilayah kabupaten Barut. Selanjutnya pesawat tersebut melanjutkan perjalanan dengan rute Muara Teweh - Palangka Raya. Jurusan dari Muara Teweh - Banjarmasin dan Muara Teweh - Palangka Raya dilakukan tiga kali dalam sepekan yaitu hari Selasa, Kamis dan Sabtu. (*)

Copyright © ANTARA 2006