Sekitar 40 tenaga medis tersebut terdiri atas dokter umum, dokter spesialis, serta perawat
Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengerahkan sekitar 40 tenaga medis guna menangani para korban yang terdampak gempa magnitudo M4,9 yang mengguncang Kabupaten Bandung Jawa Barat pada Rabu (18/9).

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta Jumat, Ketua IDI Wilayah Jawa Barat Dr M. Luthfi mengatakan, sekitar 40 tenaga medis tersebut terdiri atas dokter umum, dokter spesialis, serta perawat.

Dia menjelaskan, hingga saat ini, para tenaga medis dokter dari IDI cabang Kabupaten Bandung dan IDI Wilayah Jawa Barat yang didampingi oleh paramedis dan perawat masih melakukan pemeriksaan kesehatan keliling di wilayah terdampak.

Adapun dampak gempa bumi itu, katanya, dirasakan di sejumlah wilayah di Bandung seperti Majalaya, Banjaran, Lembang, Parompong, Bandung Barat, Baleendah, Garut, serta Cileunyi, di mana banyak bangunan rusak dan ada juga yang rubuh.

Dia menambahkan, terdapat satu fasilitas layanan kesehatan yang bangunannya terdampak gempa, yakni Puskesmas Kertasari.

Luthfi mengutip data dari BMKG, yang menunjukkan bahwa hingga Kamis (19/9) masih terdapat gempa susulan dengan magnitudo terbesar M3.1 dan tidak berpotensi tsunami.

Dalam keterangan yang sama, Ketua IDI Cabang Kabupaten Bandung Dr A. Aziz Asopari menyebutkan, hingga saat ini, di RSUD Bedas Kertasari, terdapat 26 korban yang ditangani, yakni 13 laki-laki dan 13 perempuan, dengan 24 korban luka ringan dan rawat jalan, serta dua orang mengalami luka berat yang kemudian dirujuk ke RSUD Majalaya.

Dia menambahkan, melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mereka menemukan bahwa secara keseluruhan di wilayah terdampak gempa bumi terdapat sekitar 15 orang mengalami luka berat, di mana tujuh orang harus mendapatkan perawatan intensif di RSUD, 53 orang mengalami luka ringan, serta seorang balita meninggal dunia akibat trauma kepala berat.

Aziz menambahkan, jumlah pengungsi tercatat saat ini sekitar 5.400 orang yang terdiri atasi anak, dewasa dan lansia.

Selain itu, katanya, para dokter yang bertugas melaporkan bahwa dibutuhkan logistik makanan dan obat-obatan, mengingat sebagian besar obat yang berada di dalam instalasi farmasi Puskesmas tidak dapat diambil karena khawatir bangunan akan rubuh.

Dia menambahkan, jenis penyakit yang ditangani saat ini, antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), alergi, hipertensi, myalgia, dan kecemasan. Tim lapangan IDI juga menemukan bahwa di Desa Cihawuk terdapat dua anak yang membutuhkan konseling karena mengalami trauma pascabencana.​​​​​

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024