Penurunan restrukturisasi kredit BNI menjadi indikator bahwa sektor perbankan Indonesia tetap tangguh.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi XI DPR RI Ecky Awal Mucharam menilai turunnya restrukturisasi kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menjadi pilar penting daya tahan sektor perbankan Indonesia.

"Penurunan restrukturisasi kredit BNI menjadi indikator bahwa sektor perbankan Indonesia tetap tangguh, meskipun menghadapi tekanan dari pandemi maupun ancaman resesi global," kata Ecky dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat.
 
Ecky juga menekankan pentingnya perbankan untuk terus memantau potensi risiko resesi yang dapat mempengaruhi sektor riil, pertumbuhan ekonomi, dan kinerja debitur.
 
Selain itu, dia meminta bank-bank di Indonesia melakukan uji ketahanan modal dan likuiditas secara berkala untuk mengantisipasi peningkatan risiko kredit.
 
"Untuk BNI, saya yakin bahwa bank-bank Himbara masih dalam kondisi aman. Kita harus belajar dari momentum kebangkitan perbankan pasca-COVID-19, agar pertumbuhan ekonomi di 2025 tetap berkualitas," katanya pula.
 
Hingga Juni 2024, total kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp38,9 triliun atau 5,4 persen dari total kredit BNI, menurun drastis dibandingkan semester I-2023 yang mencapai Rp74 triliun atau 12 persen dari total kredit.
 
Penurunan restrukturisasi kredit ini tercatat di berbagai segmen, mulai dari korporasi, sektor menengah, UMKM, hingga konsumer.
 
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) BNI per Juni 2024 tercatat sebesar 2 persen, membaik dari posisi 2,5 persen pada periode yang sama tahun lalu.
 
Loan at Risk (LaR), yang mencakup NPL, kredit dengan kolektibilitas 2, serta kredit lancar yang masih direstrukturisasi juga menunjukkan perbaikan, yakni turun menjadi 12,3 persen dibandingkan 16,1 persen pada Juni 2023.
 
Meski indikator kualitas aset BNI terus membaik, BNI tetap menjaga pencadangan risiko pada tingkat yang cukup. Rasio biaya kredit (credit cost) pada semester I-2024 tercatat sebesar 1 persen, turun 40 basis poin (bps) dari 1,4 persen pada Semester I-2023.
 
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang dibentuk BNI saat ini cukup memadai untuk menghadapi potensi risiko di masa mendatang. Rasio pencadangan untuk NPL berada di level 298 persen, sementara untuk LaR mencapai 48 persen yang menunjukkan kesiapan BNI dalam mengantisipasi debitur yang masih dalam perhatian khusus.
Baca juga: BNI: Penyaluran kredit korporasi capai Rp403,1 triliun di semester I
Baca juga: BNI salurkan kredit "consumer" Rp132,7 triliun pada semester I 2024

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024