Suara ledakan sporadis masih terdengar pada Jumat malam.
Benghazi, Libya (ANTARA News) - Pertempuran sengit terjadi antara satu kelompok milisi dengan gerilyawan di kota terbesar kedua di Libya, Benghazi, menewaskan 24 orang dan melukai lebih dari 140 orang lagi, pada Jumat.
Rumah Sakit Abyar dan Rumah Sakit Almarj di kota tersebut masing-masing menerima 4 mayat, sementara Rumah Sakit Galaa menerima 7 mayat dan Pusat Medis Benghazi menerima 9 mayat. Jumlah korban cedera sejauh ini telah mencapai 146 orang.
Beberapa saksi mata mengatakan satu kelompok gerilyawan garis keras yang dipimpin oleh May. Jend. (Purn.) Khalifa Haftar melancarkan serangan saat fajar terhadap satu kelompok milisi di Benghazi "untuk membersihkan kota itu dari pelaku teror".
Juru bicara Haftar mengatakan "Angkatan Darat Nasionalnya" sedang dalam proses membersihkan Benghazi dari bermacam kelompok pelaku teror. Mereka telah membom banyak pangkalan gerilyawan, termasuk milik Ansar Ash-Sharia dan kompleks Brigade 17 Februari.
Media lokal menyatakan senjata berat dan ringan digunakan selama bentrokan itu, sehingga menewaskan banyak orang.
Baku-tembak antara kedua pihak sekarang berpusat di Wilayah Sidi Faraj dan Hawari di bagian selatan Benghazi, sementara pertempuran masih berkecamuk. Suara ledakan sporadis masih terdengar pada Jumat malam, demikian laporan Xinhua.
Sementara pada Jumat malam, Kepala Staf Militer Libya Abdessalem Jadallah As-Salihin mengatakan, dalam satu taklimat bahwa serangan itu tidak disahkan oleh pemerintah sementara, dan ia "menentang setiap kelompok bersenjata yang berusaha menguasai Banghazi dengan menggunakan Angkatan Bersenjata".
Ia membantah keterlibatan militer nasional dalam serangan tersebut.
Ia menambahkan tentara Haftar melanggar perintah kepala staf dengan memasuki Benghazi, yang "sangat merusak keamanan di kota itu".
Penjabat Perdana Menteri Libya Abdullah Thinni mengutuk serangan tersebut sebagai "kudeta" terhadap pemerintah sementara. Ia juga meminta Haftar mengendalikan diri dan melawan "setiap godaan untuk masuk tanpa diundang".
Benghazi adalah tempat kelahiran protes 2011 terhadap penguasa negeri itu Muammar Gaddafi. Kota itu telah menyaksikan peningkatan drastis kerusuhan dan menjadi pangkalan utama kaum fanatik di negara Afrika Utara tersebut sejak duta besar AS untuk Libya tewas pada 2012.
Pemerintah sementara Libya telah gagal menyita senjata dan amunisi yang tersebar di seluruh negeri itu, sehingga menjadi ancaman utama bagi keamanan masyarakat.
(C003)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014