Jakarta (ANTARA) - TNI Angkatan Laut memberi sinyal kapal patroli lepas pantai (PPA) yang dibeli pemerintah Indonesia dari galangan kapal Italia Fincantieri kemungkinan bakal memperkuat Komando Armada (Koarmada) II.

Panglima Komando Armada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata saat jumpa pers di Jakarta, Kamis, menunjukkan sinyal itu saat menjawab pertanyaan terkait lima calon pengawak PPA dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmada II yang ikut berlayar dengan kapal PPA Italia dari Okinawa, Jepang, menuju Jakarta pada pekan lalu.

"Armada mana yang ditunjuk, sinyalnya ini dari Armada II," kata Denih saat menjawab pertanyaan ANTARA mengenai kemungkinan penempatan kapal PPA buatan Italia itu.

Walaupun demikian, Denih belum dapat memberi keterangan pasti atau lebih lengkap terkait penempatan dua PPA yang dibeli Indonesia dari Italia itu, mengingat saat ini proses pengadaan masih terus berjalan.

"Kita akan siapkan, tetapi saya tidak boleh menyampaikan sekarang. Kapalnya pun masih dalam proses (pengadaan) itu," katanya.

Baca juga: TNI AL datangkan kapal PPA dari Italia dan Fregat buatan Turki

TNI Angkatan Laut mempersiapkan lima orang perwira dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Komando Armada II untuk menjadi calon pengawak dua kapal patroli lepas pantai (PPA) yang dibeli pemerintah Indonesia dari galangan kapal Italia Fincantieri.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI I Made Wira Hady Arsanta Wardhana saat dihubungi di Jakarta, Selasa (17/9), menjelaskan persiapan itu salah satunya mengikutsertakan lima perwira TNI AL dalam pelayaran kapal PPA Italia ITS Raimondo Montecuccoli P432 dari Okinawa, Jepang, menuju Jakarta.

"Selama berlayar dari Okinawa menuju Jakarta, lima perwira TNI Angkatan Laut mendapat kesempatan untuk mempelajari operasional dan observasi kegiatan serta peran-peran yang dilaksanakan oleh kru ITS Raimondo Montecuccoli. Kegiatan ini diharapkan dapat memberi pengalaman berlayar di laut secara langsung (on sea experience), serta menjadi pengetahuan dan referensi awal dalam persiapan mengawaki calon kapal fregat terbesar yang akan segera memperkuat jajaran Armada TNI Angkatan Laut," katanya.

Baca juga: TNI AL kirim lima prajurit belajar mengawaki kapal PPA Italia

Dia melanjutkan lima perwira TNI AL yang mengikuti kegiatan shiprider dan initial familiarization onboard di ITS Raimondo Montecuccoli, yaitu Letkol Laut (T) Muhammad Syaikhul Azhar, Mayor Laut (P) Angga Radiansyah, Mayor Laut (P) Agung Susyanto, Mayor Laut (E) Wirawan Hanindito, dan Kapten Laut (P) Rian Sisky Putrantio.

Shiprider merupakan kegiatan perwira angkatan laut dari negara tertentu ikut berlayar kapal perang negara mitra, sementara initial familiarization onboard merujuk pada kegiatan pengenalan/familiarisasi operasional dan peran-peran kapal.

Kementerian Pertahanan RI pada 17 April 2024 mengumumkan pembelian dua kapal patroli lepas pantai (OPV/PPA) yang dapat ditingkatkan fungsinya menjadi fregat dari galangan kapal Italia Fincantieri. Dalam pembelian dua kapal PPA dari Italia itu, unit pertamanya dijadwalkan tiba di Indonesia pada Oktober 2024 dan unit kedua pada April 2025.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali dalam sela-sela kegiatannya di Jakarta pada 10 September 2024 menyebut pembelian dua kapal PPA dari Fincantieri itu masih menunggu kontrak efektif.

"Kontrak (pembelian) kapal sudah, tinggal menunggu efektif mungkin dalam waktu dekat. Kemudian satgas (proyek pengadaan) juga sudah dibentuk," kata Laksamana Ali.

Baca juga: Kasal: PPA Fincantieri bakal jadi fregat terpanjang AL jika dibeli RI

Satgas yang disebut KSAL itu merujuk pada Satuan Tugas (Satgas) Proyek Pengadaan A Frigate FREMM. Satgas itu dipimpin oleh Laksamana Pertama TNI Sumarji Bimoaji.

Sumarji merupakan perwira tinggi TNI AL yang sebelumnya menjabat Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada III TNI AL. Dia juga pernah mengemban misi sebagai komandan satgas Port Visit Mesir, yang mengangkut bantuan dari Jakarta menuju Pelabuhan El Arish, Mesir, untuk rakyat Palestina di Gaza.

Fincantieri dalam laman resminya menyebut kapal OPV-nya itu, dalam seri lengkapnya, dapat juga berfungsi sebagai kapal perang (first line combatant), selain fungsi utamanya sebagai kapal patroli lepas pantai, evakuasi laut, dan operasi-operasi untuk melindungi warga sipil (civil protection operation).

Untuk dua kapal perang yang dibeli Indonesia, Fincantieri menyebut spesifikasinya mencakup panjang 143 meter, bobot kurang lebih 6.000 GT, kecepatan sampai 32 knot bergantung pada konfigurasi kapal, kapasitas 170 orang, daya jelajah (endurance) 5.000 Nautical miles.

Kemudian, kapal pesanan Indonesia itu juga rencananya dipersenjatai dengan meriam 127 mm Vulcano, meriam 76 mm Strales, meriam ringan 25 mm yang dilengkapi dengan fire-control radar (FCR) RTN 10X system Dardo, sistem peperangan elektronika RECM, RESM dan CESM, tactical data Link-Y, dan radar multifungsi Kronos buatan Leonardo.

Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Muhammad Ali menilai OPV pesanan Indonesia itu bakal menjadi fregat terpanjang yang dimiliki Indonesia.

"Ini fregatnya cukup baik ya saya rasa. Ini panjangnya juga 143 meter dan ini merupakan fregat terpanjang tentunya kalau kita miliki," kata Laksamana Ali saat jumpa pers di Jakarta pada 6 Februari 2024.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024