Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu pagi (1/10), di kompleks Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, memimpin upacara mengenang pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965 yang disebut G-30 S PKI, yang puncaknya adalah penculikan beberapa jenderal TNI-AD saat itu. Yudhoyono yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono tiba di tempat acara pukul 07.45 WIB dan beberapa menit kemudian upacara dimulai. Yudhoyono kemudian memimpin para hadirin untuk mengheningkan cipta bagi para pahlawan korban kekejian partai komunis. Ketua Dewan Perwakilan Daerah(DPD), Ginandjar Kartasasmita, membacakan Naskah Pancasila, yang diikuti pembacaan Naskah Pembukaan UUD 45 oleh Ketua MPR, Hidayat Nurwahid, serta pembacaan Ikrar oleh Ketua DPR, Agung Laksono. Dalam Ikrar antara lain disebutkan bahwa setelah berdirinya NKRI tanggal 17 Agustus 1945 kemudian terjadi berbagai rongrongan baik yang dilakukan oleh berbagai kelompok dari dalam negeri sendiri maupun luar negeri. Karena itu, bangsa Indonesia kemudian berikrar mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Upacara ini hanya berlangsung singkat dan usai pukul 08.20 WIB. Pada buku panduan berjudul "Pantang Kehilangan Pedoman Pancasila" yang diterbitkan panitia dari Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 pada halaman 13 antara lain disebutkan, "Dalam serangkaian rapat rahasia yang diadakan selama bulan September 1965, PKI berhasil menetapkan kekuatan yang akan digunakan untuk menculik dan membunuh para perwira tinggi TNI-AD. Nama gerakan yaitu Gerakan 30 September". Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1965, PKI menculik dan membunuh beberapa perwira tinggi TNI-AD, seperti Letjen TNI Achmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen Haryono MT, Mayjen DI Pandjaitan. Upaya mereka menculik dan membunuh Jenderal AH Nasution gagal, tetapi putrinya, Ade Irma Nasution tertembak. Sementara itu di Yogyakarta, PKI berhasil membunuh Komandan Korem 072 Kolonel Katamso dan Kepala staf-nya Letkol Sugiyono. Acara peringatan tahun 2006 ini dihadiri pula Menko Polhukam Widodo AS, Wakil Ketua DPR Soetardjo Soeryogoeritno, Ketua MK Jimly Asshidique, Ketua KPK Taufiqurrahman Ruki, serta sejumlah duta besar dan atase pertahanan yang mengenakan seragam mereka. Sementara itu, peserta upacara antara lain adalah para prajurit TNI dan Polri termasuk Kowad, Wara, Kowal, serta Polwan, para taruna Akmil, pelajar SD,SMP hingga SMU. Upacara mengenang pemberontakan PKI ini berlangsung di tengah-tengah upaya yang menyebutkan bahwa PKI tidak melancarkan pemberontakan dan tidak ingin merebut kekuasaan pada tahun 1965. (*)
Copyright © ANTARA 2006