Ankara (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Rabu menyerukan semua pihak untuk menahan diri menyusul ledakan penyeranta yang menewaskan setidaknya 12 orang dan melukai hampir 2.800 lainnya di Lebanon.

Dalam konferensi pers di Mesir, Blinken menekankan perlunya "menghindari mengambil langkah yang dapat meningkatkan eskalasi konflik lebih lanjut" antara Israel dengan kelompok Hizbullah.

Diplomat tinggi itu mengatakan AS masih mengumpulkan informasi mengenai apa yang terjadi di Lebanon.

"Sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di sana," kata Blinken.

Penyeranta yang merupakan alat komunikasi nirkabel, meledak pada Selasa di beberapa wilayah di Lebanon, termasuk ibukota Beirut, yang menurut media Lebanon adalah peretasan sistem oleh Israel.

Sumber keamanan Lebanon mengatakan badan mata-mata Israel Mossad menanam alat peledak di dalam penyeranta yang digunakan oleh anggota Hizbullah beberapa bulan sebelum alat tersebut meledak.

Perangkat nirkabel tersebut “dilengkapi beberapa gram bahan peledak yang sulit dideteksi, ditempatkan di baterai dengan cara yang memastikan sensor atau alat deteksi bahan peledak apa pun tidak dapat mendeteksinya,” kata Mounir Shehada, mantan koordinator pemerintah Lebanon dengan misi penjaga perdamaian PBB UNIFIL, kepada Anadolu.

Duta Besar Lebanon untuk PBB Hadi Hachem menyebut ledakan penyeranta sebuah serangan yang memicu kejahatan perang, seraya memperingatkan hal itu dapat memperuncing konflik.

Belum ada tanggapan dari Israel mengenai ledakan penyeranta ini, namun HIzbullah telah bersumpah untuk melakukan balasan terhadap Tel Aviv menyusul insiden tersebut.

Ledakan penyeranta itu terjadi di tengah meningkatnya eskalasi di perbatasan antara Israel dan Hizbullah yang telah terlibat perang lintas batas sejak dimulainya perang mematikan di Jalur Gaza, dimana lebih dari 41.000 orang tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu. Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Blinken mengatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas di Gaza akan menjadi cara terbaik untuk menghentikan kekerasan yang menyebar di Timur Tengah.

"Kita semua tahu bahwa gencatan senjata adalah kesempatan terbaik untuk menangani krisis kemanusiaan di Gaza, serta mengatasi risiko terhadap stabilitas regional," katanya.

"Kita perlu melihat adanya kemauan politik dari Israel dan Hamas" untuk mencapai kesepakatan, tambah Blinken.

Selama berbulan-bulan, AS, Mesir, dan Qatar telah mencoba mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Namun, upaya mediasi ini terhenti karena penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas guna menghentikan perang.

Meskipun ada seruan dari Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata segera, Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Serangan Israel telah membuat hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.

Israel juga menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Pengadilan Internasional.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Produsen setop produksi radio yang meledak di Lebanon 10 thn lalu
Baca juga: Pabrikan Taiwan sangkal penyeranta yang meledak di Lebanon buatannya
Baca juga: Negara Arab dan Islam tunjukkan solidaritas buat Lebanon usai ledakan
Baca juga: DK PBB akan gelar rapat darurat Jumat bahas ledakan pager di Lebanon


Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024