Paralel di level lebih tinggi

Dengan banyaknya nomor lomba itu, tak pelak lagi renang adalah prospek dan tambang medali yang layak digarap serius oleh siapa pun, termasuk Indonesia yang sudah tak bisa mendominasi lagi kolam renang SEA Games.

PON sendiri tidak terlalu bisa menjadi titik awal atau kawah candradimuka untuk menghasilkan perenang-perenang yang berbicara banyak di level Asia dan Asia Tenggara.

Oleh karena itu, begitu PON 2024 berakhir, para pemangku kepentingan dalam cabang olahraga ini mesti segera merenungkan langkah selanjutnya.

Hal itu terutama berkaitan dengan event-event level lebih tinggi dari PON, baik single-event maupun multievent.

Salah satu langkah yang bisa diadopsi adalah lewat program jangka panjang yang mengadopsi hal-hal baru, termasuk sains olahraga, khususnya berkaitan dengan meningkatkan kemampuan fisik perenang, termasuk lewat program nutrisi dan intervensi ilmu kesehatan.

Bisa juga dilakukan dengan mengintensifkan lagi "program magang" bagi bakat-bakat renang, di beberapa negara yang memiliki tradisi dan kultur kompetisi renang yang hebat.
Perenang Bali Lilly Kartina Beales meluapkan kegembiraannya usai menjadi yang tercepat pada Final Renang 50 meter gaya kupu-kupu Putri PON XXI Aceh-Sumut di Kolam Renang Selayang Dispora Sumatera Utara, Medan, Minggu (15/9/2024). Perenang Bali Lilly Kartina Beales meraih medali emas dengan catatan waktu 26,62 detik, medali perak diraih perenang Jakarta Angel Gabriella Yus dengan catatan waktu 28,43 detik sedangkan medali perunggu diraih perenang Sulawesi Tengah Sofie Kemala Fatiha dengan catatan waktu 29,16 detik. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)

Baca juga: Jatim pertajam rekor renang PON 4x100m gaya ganti estafet putri

Negara-negara Singapura dan Suriname, yang sukses melahirkan perenang hebat seperti Anthony Nesty dan Joseph Schooling yang berjaya dalam Olimpiade, melakukan program semacam itu.

Nesty mengejutkan renang dunia ketika dalam Olimpiade Seoul 1988 menyabet medali emas gaya kupu-kupu 100m putra.

18 tahun kemudian, dalam nomor yang sama, pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, giliran Schooling yang membuat dunia terpana.

Nesty yang bertinggi badan 180 cm dan Schooling yang 184 cm, adalah contoh bagaimana perenang digembleng oleh kompetisi ketat dan lingkungan kompetisi profesional di luar negeri.

Mereka juga bukti bahwa tinggi badan bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan perenang.

Tinggi badan Nesty dan Schooling hampir sama dengan Triady Fauzi Sidiq dan Glen Victor Sutanto. Kedua perenang Indonesia itu memiliki tinggi badan di atas 180 cm, dan pernah berkompetisi dengan Schooling dalam SEA Games.

Itu hanyalah satu dari banyak langkah dan contoh yang bisa diadopsi Indonesia agar setiap catatan bagus yang dibuat renang selama PON, termasuk PON 2024, paralel dengan catatan bagus di level lebih tinggi, khususnya SEA Games dan Asian Games.

Baca juga: PB Akuatik Indonesia: Perenang muda bertalenta bermunculan di PON 2024
Baca juga: Joe Aditya 'menggila' pecahkan rekor PON 100 m gaya bebas putra

Copyright © ANTARA 2024