Tokyo (ANTARA) - ICOM, perusahaan Jepang yang diyakini sebagai produsen radio yang meledak di Lebanon, mengatakan bahwa produk tersebut telah dihentikan produksinya 10 tahun yang lalu.

Sedikitnya 12 orang tewas dan lebih dari 2.800 orang terluka pada Selasa (17/9) akibat ledakan massal penyeranta (pager) di Lebanon, menurut Kementerian Kesehatan negara itu.

Gelombang kedua ledakan massal perangkat komunikasi yang dipegang oleh anggota Hizbullah pada Rabu (18/9) menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai lebih dari 450 orang.

Kementerian Komunikasi Lebanon mengatakan bahwa radio-radio ICOM IC-V82 yang meledak tidak berlisensi.

ICOM menyebutkan bahwa IC-V82 adalah radio genggam yang diproduksi dan diekspor, termasuk ke Timur Tengah, dari 2004 hingga Oktober 2014. 

Produksi radio tersebut dihentikan sekitar 10 tahun lalu, dan sejak itu tidak lagi dikirim dari perusahaan itu.

"Produksi baterai yang dibutuhkan untuk mengoperasikan unit utama juga telah dihentikan, dan segel hologram untuk membedakan produk palsu tidak terpasang," kata ICOM melalui pernyataan.  

Perusahaan tersebut juga menambahkan bahwa tidak dapat dipastikan apakah produk tersebut dikirim dari ICOM, dan bahwa produk untuk pasar luar negeri dijual secara eksklusif melalui distributor resmi.

"Selain itu, kami telah menetapkan program ekspor (Program Pengendalian Ekspor Keamanan Icom) berdasarkan peraturan pengendalian perdagangan keamanan yang diatur oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, dan kami melakukan kontrol ekspor yang ketat," kata ICOM.

Perusahaan itu menegaskan bahwa tidak ada suku cadang selain yang ditentukan oleh ICOM yang digunakan dalam produknya.

"Semua radio kami diproduksi di anak perusahaan produksi kami, Wakayama Icom Inc., di Prefektur Wakayama, di bawah sistem manajemen ketat berdasarkan ISO 9001/14001/27001," kata ICOM, menjelaskan. 

"... sehingga tidak ada suku cadang selain yang ditentukan oleh perusahaan kami yang digunakan dalam produk. Selain itu, semua radio kami diproduksi di pabrik yang sama, dan kami tidak memproduksinya di luar negeri," kata perusahaan itu.

Menurut sejumlah media, penyeranta digunakan oleh anggota gerakan Hizbullah Lebanon sebagai sistem komunikasi tertutup yang paling tangguh terhadap peretasan dan penyadapan.

Hingga saat ini, penyebab ledakan serentak perangkat tersebut belum diketahui. Hizbullah dan otoritas Lebanon menyalahkan Israel atas insiden tersebut.


Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Pakar: Serangan terhadap sistem komunikasi di Lebanon "tindakan teror" 

Baca juga: Lebanon adukan ledakan perangkat elektronik ke DK PBB


 

Kota perbatasan Lebanon alami kerusakan parah akibat serangan Israel

 

Penerjemah: Primayanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024