Kupang (ANTARA) - Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, menggandeng universitas dari Jepang dan Belanda untuk membahas penyakit-penyakit infeksi berasal dari hewan yang bisa berdampak pada manusia.

"Kita juga menggandeng Universitas Indonesia untuk bersama-sama berkolaborasi dan bertukar pikiran tentang tema yang dibahas bersama ini," kata Rektor Undana Prof Dr Drh Maxs UE kepada wartawan di Kupang, Kamis.

Hal ini disampaikan Maxs di sela-sela kegiatan seminar internasional tentang hewan dan ilmu kedokteran manusia dengan tema "The Future of Healthcare: Inovation and Solution to Overcome The Global Threats of Emerging and Re-emerging Disease”.

Seminar itu menghadirkan pembicara Prof Tamaki Okabayashi dari Universitas Miyazaki Jepang, Prof dr Ir Henk Hogeveen dari Universitas Weageningen & Research Belanda, dan Prof Dr Ari Fahrial Syam dari Universitas Indonesia.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga mengundang Regina Karim MD dari Health & Happiness Group, Australia, serta John Weaver, PhD dari Australia Indonesia Health Security Partnership.

Baca juga: Ilmuwan sebut penanganan rabies perlu kesadaran masyarakat

Dia menjelaskan seminar internasional itu merupakan kombinasi antara ilmu kedokteran manusia dan kedokteran hewan untuk bersama-sama mencari solusi dalam pencegahan serta terapinya.

Beberapa penyakit menular dari hewan yang bisa berdampak pada manusia itu di antaranya rabies, Brucellosis terhadap sapi, dan African swine fever (ASF) yang kini menyebar di NTT.

Dia berharap pertemuan para pembicara dalam seminar internasional tersebut juga dapat menjadi bahan bertukar ide dan pikiran dalam hal ilmu kedokteran baik ilmu kedokteran manusia maupun hewan.

Ketua Panitia Seminar Internasional drh Larry Richard Wellem Toha mengatakan bahwa seminar internasional yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun Ke-62 Undana Kupang itu bertujuan menyamakan persepsi agar bisa berkolaborasi menangani berbagai penyakit baru yang muncul.

Baca juga: NTT dapat bantuan tiga unit alat pendeteksi virus ASF

"Penyakit infeksi manusia itu sekitar 75 persen bersumber dari hewan, contohnya COVID-19 dipercaya dari kelelawar," ujar dia.

Dia mengatakan bahwa penyakit-penyakit infeksi ini selalu muncul dari negara-negara berkembang, negara-negara yang ekonominya rendah serta fasilitas kesehatannya belum berkembang dengan baik.

Dekan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Undana Dr dr Christina Olly Lada mengatakan bahwa pertemuan seperti ini merupakan momentum bagi para peneliti dari berbagai universitas untuk mencari rekan dalam penelitian.

"Kesempatan ini juga menjadi momentum untuk kita bisa dapat pendanaan dalam penelitian, apalagi ada narasumber dari BRIN yang mana pendanaan untuk penelitian bisa bersumber dari BRIN," ujar dia.

Baca juga: Flores Timur kerahkan tenaga veteriner edukasi peternak cegah ASF

Dia berharap momentum seminar ini bisa menjadi kesempatan untuk bersama-sama mencari solusi penanganan penyakit infeksi yang bersumber dari hewan kepada manusia.
 

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024