Beijing (ANTARA) - Otoritas berwenang China masih melakukan investigasi terhadap insiden penusukan seorang pelajar Jepang di Shenzheng, Provinsi Guandong.

"Pada 18 September pagi, seorang pelajar berusia 10 tahun di satu sekolah Jepang di Shenzhen ditusuk oleh seorang pria sekitar 200 meter dari gerbang sekolah. Siswa yang terluka segera dikirim ke rumah sakit dan sudah dilakukan upaya untuk menyelamatkannya. Kasus ini dalam penyelidikan lebih lanjut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Rabu.

Seorang pria dengan nama belakang Zhong berusia 44 tahun kemudian ditangkap di tempat kejadian.

"Saya juga ingin menegaskan kembali bahwa China akan terus mengambil langkah-langkah efektif untuk melindungi keselamatan semua orang asing di China," tambah Lin Jian.

Insiden tersebut terjadi tepat pada peringatan 93 tahun pemboman Jepang terhadap rel kereta api dekat Shenyang, awal dari Insiden Manchuria yang menyebabkan invasi Jepang ke China timur laut pada 1931.

"China adalah negara yang diatur supremasi hukum. Kami selalu terbuka atas orang-orang dari seluruh dunia, termasuk Jepang, untuk datang, belajar, berbisnis dan tinggal di China," ungkap Lin Jian.

Kedutaan Besar Jepang di Beijing pun mengeluarkan peringatan setelah serangan di Shenzhen, dengan mengatakan telah terjadi insiden penusukan dan memperingatkan wara Jepang di seluruh China terhadap orang-orang yang mencurigakan.

Sekolah Jepang di Shenzhen memutuskan untuk tutup selama sisa pekan ini.

Sekolah Jepang Shenzhen berada di lingkungan tempat tinggal banyak orang Jepang. Shenzhen memiliki sekitar 3.600 penduduk Jepang, atau kota dengan populasi warga Jepang terbesar kelima di China.

Sedangkan sekolah Jepang lain di Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong, mengimbau pelajar dan para orang tua untuk menghindari terdengar berbicara bahasa Jepang di luar ruangan dan menyarankan anak-anak agar tidak keluar jika mereka tidak ditemani oleh orang dewasa.

Beberapa komentar bernada kebencian muncul di media sosial China Weibo seperti "Orang Jepang harus meninggalkan China" dan "Hati-hati dengan mata-mata di sekolah-sekolah Jepang".

Rangkaian serangan terhadap warga negara Jepang di China dikhawatirkan akan semakin memperburuk hubungan bilateral dan menghambat investasi Jepang di Tiongkok serta lalu lintas masyarakat antara kedua negara.

Pemerintah Jepang juga untuk pertama kalinya akan memberikan subsidi keamanan bus untuk sekolah-sekolah Jepang di China senilai 350 juta yen (sekitar Rp37 miliar) untuk mempekerjakan petugas keamanan di bus-bus tersebut.

Hal itu dilakukan pasca serangan di halte bus sekolah di Suzhou, provinsi Jiangsu terhadap perempuan Jepang dan anaknya laki-laki pada 24 Juni 2024 lalu.

Atas serangan tersebut, seorang perempuan China, Hu Youping, yang bertugas sebagai petugas di bus sekolah meninggal dunia karena terluka parah demi menghalangi pelaku serangan untuk naik ke bus.

Dua pekan sebelumnya, terjadi penusukan terhadap empat orang dosen asal Amerika Serikat (AS) ketika mengunjungi Taman Beishan di kota Jilin, provinsi Jilin.

Baca juga: Perempuan China yang halangi penyerangan di Suzhou, meninggal dunia

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024