Washington (ANTARA News) - Terumbu karang bisa menjadi pilihan pertahanan yang "jauh lebih murah" untuk melindungi daerah pantai di banyak bagian dunia dari terjangan gelombang, topan dan kenaikan muka laut.
"Terumbu karang dapat menjadi garis pertahanan pertama yang efektif dan manfaat ini penting untuk banyak negara," kata tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ilmuwan kelautan Michael Beck dari Nature Consevancy di jurnal Nature Communications, Selasa (13/5).
Para peneliti tersebut melakukan meta-analisis terhadap 27 studi sebelumnya mengenai bagaimana terumbu karang di seluruh dunia menghilangkan energi gelombang dalam kondisi ombak normal untuk berselancar sampai gelombang tingkat badai.
Mereka mendapati terumbu karang bisa mengurangi kekuatan gelombang yang jika tidak ditahan bisa berdampak pada garis pantai sampai rata-rata 97 persen.
"Itu adalah pengurangan sangat besar," kata salah satu penulis hasil studi itu Fiorenza Micheli, Profesor Ilmu Biologi di Standford University, sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Ia menambahkan efek tersebut dapat dibandingkan dengan pemecah gelombang yang secara khusus dibuat untuk menghilangkan energi gelombang.
Memulihkan kembali terumbu karang untuk menghadang ombak juga memiliki keuntungan ekonomi.
Biaya rata-rata untuk membuat pemecah ombak ialah 19.791 dolar AS per meter sedang proyek pemulihan terumbu karang hanya membutuhkan 1.290 dolar per meter.
"Rata-rata, biaya proyek pemulihan jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya pemecah ombak tropis buatan," tulis para peneliti itu.
"Sebagai susunan yang hidup, terumbu karang memiliki potensi untuk memperbaiki diri sendiri sehingga menurunkan biaya pemeliharaan dibandingkan dengan bangunan buatan."
Para peneliti memperkirakan 197 juta orang di seluruh dunia bisa mendapat keuntungan dari pengurangan risiko dari terumbu karang saja dan mungkin harus memikul biaya bencana yang lebih besar jika kondisi terumbu karang merosot.
Mereka adalah orang di desa, kota kecil dan kota besar di daerah pantai dataran rendah kurang dari 10 meter di atas permukaan laut dan 50 kilometer dari terumbu karang, kebanyakan di Indonesia, India dan Filipina, kata peneliti.
Saat ini, sebanyak keberadaan dua-pertiga terumbu karang di dunia terancam akibat ulah manusia dan peningkatan keasaman dan temperatur laut.
"Meskipun ada banyak keprihatinan mengenai masa depan terumbu karang dalam menghadapi perubahan iklim, masih banyak alasan untuk optimistis mengenai masa depan terumbu karang, terutama jika menangani faktor penekan lain lokal seperti polusi dan pembangunan," kata Micheli.
(Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014