5 tahun

Lima pertandingan yang dilalui Komang dan Sisca di nomor ganda campuran hampir seluruhnya bermain dalam lima set, lantaran seluruh lawannya merupakan tim kuat. Pertandingan tersingkat Komang-Sisca hanya terjadi di babak semifinal dengan kemenangan 3-1 atas pasangan Jawa Barat, Taufiq-Wida. Sisanya selalu harus berjuang dengan kemenangan 3-2 penuh drama.

Kemenangan lima set yang mahal karena harus dibayar dengan perjuangan selama lima tahun. Bayar di muka.

Tim tenis meja Bali mempersiapkan PON 2024 sudah sejak tahun 2019. Kala itu mereka berlatih untuk PON 2020 di Papua, yang dimundurkan menjadi tahun 2021 karena pandemi Covid-19, namun tanpa mempertandingkan cabang olahraga tenis meja karena masalah dualisme kepengurusan organisasi.

Tidak patah arang. Mereka tetap melanjutkan latihan. Selama lima tahun.

Pelatih tenis meja Bali, Deddy Dacosta (kiri), bersama ganda campuran Bali Komang Sugita dan Made Sisca Pratiwi. (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Memang, Bali tidak menjalani latihan di luar negeri seperti tim Jakarta yang mengunjungi Thailand, Jawa Barat ke Singapura dan Malaysia, atau Jawa Timur ke China.

Mereka hanya berlatih di Denpasar dan Ubud. Selama lima tahun.

Bukan melulu teknik, tapi juga kebugaran fisik, dan mental. Atlet tenis meja Bali berlatih pagi dan sore setiap hari. Naik turun ribuan anak tangga. Berlatih mengejar ketertinggalan poin dalam pertandingan.

Latihan khusus yang mereka jalani adalah meditasi dan hypnotherapy. Sebagaimana Ubud mendunia sebagai jantung spiritual Bali.

Pada tempat itulah Komang, Sisca, dan enam atlet tenis meja lainnya menempa mental, menebalkan jiwa. Guna melengkapi latihan kekuatan raga selama lima tahun yang dibuktikan dalam lima set pertandingan tenis meja.

Baca juga: Tenis Meja - Pelatih sebut atlet butuh tingkatkan level di SEA Gaems

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024