Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo menyoroti transisi energi hijau yang dilakukan di hampir semua negara berkembang, termasuk di Indonesia dihadapkan pada dilema keterjangkauan harga untuk rakyat sebagai konsumen.

"Tapi kita semua tahu dalam melakukan transisi hijau ini setiap pemerintahan di negara berkembang, hampir semua di negara berkembang dihadapkan pada dilema mengenai keterjangkauan harga. Selalu problemnya di situ," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Pembukaan 10TH Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition Tahun 2024 di Jakarta, Rabu,

Presiden mengatakan bahwa Indonesia berkomitmen menjadi bagian penting dari langkah-langkah dunia dalam membangun ekonomi hijau, mengembangkan industri hijau, serta melakukan transisi menuju energi hijau.

Namun di sisi lain, untuk melakukan transisi hijau itu, keterjangkauan harga hingga akses energi hijau yang berkeadilan untuk masyarakat masih menjadi permasalahan.

Selain itu, Presiden juga menekankan pemanfaatan teknologi energi hijau yang tidak terbuka sehingga tidak optimal.

"Saya juga paham dunia usaha pasti memiliki hitung-hitungan sendiri, memiliki kalkulasi sendiri, memiliki pertimbangan-pertimbangan baik urusan turnover, masalah yang berkaitan dengan keuntungan, dan yang lain-lainnya," kata Jokowi menambahkan.

Oleh karena itu, Presiden meminta seluruh pemangku kepentingan untuk memikirkan itu bersama, demikian juga masalah perubahan iklim yang menjadi masalah seluruh dunia, baik pemerintah di negara maju, negara berkembang, pengusaha, peneliti, hingga rakyat kecil.

Kepala Negara berharap forum internasional terbesar untuk energi panas bumi ini bisa menghasilkan terobosan, titik tengah untuk berbagi risiko, beban, hingga keuntungan dengan proporsi yang seimbang.

Tak lupa di akhir sambutan, Presiden pun membuka secara resmi Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition Tahun 2024.

Baca juga: Pertamina Geothermal siap pimpin optimalisasi potensi panas bumi

Baca juga: ESDM kantongi persetujuan buat PLTS terapung di permukaan waduk

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024