Jakarta, 13/5 (ANTARA) -- Enam negara di gugusan wilayah Segitiga Karang Dunia yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor-Leste sepakat untuk mendorong peran serta perempuan dalam melindungi dan memelihara pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Hal tersebut diwujudkan dengan meluncurkan upaya inovatif melalui Forum Perempuan Pemimpin CTI-CFF(CTI-CFF Women Leaders Forum) di Grand Kawanua Convention Center (GKICC) di Manado, Selasa (13/5).

Dalam pidato peluncuran upaya tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja selaku Ketua IRS (Interim Regional Secretariat/Sekretariat Regional Interim) CTI-CFF menyampaikan perempuan dalam konservasi kelautan dinilai perlu keberpihakan mengingat pentingnya kontribusi kaum perempuan seiring tingginya peran aktif mereka dalam upaya konservasi kelautan. Kontribusi yang dilakukan meliputi banyak aspek kegiatan pengelolaan perikanan dan kelautan, terutama di bidang pelestarian sumberdaya laut dan pesisir, pengolahan paska penangkapan, serta perdagangan.

Menurut Sjarief, Forum Perempuan Pemimpin CTI-CFF ini memiliki sederet kegiatan selama satu tahun ke depan, termasuk kunjungan pembelajaran, forum kepemimpinan, dan kegiatan untuk menjangkau para perempuan pembuat kebijakan di kalangan pemerintahan. "Tujuannya adalah agar dapat menelurkan kebijakan yang dapat memajukan program dan upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya laut dan pesisir di wilayah mereka," pungkas Sjarief.

Sjarief menambahkan, forum ini merupakan landasan upaya yang bercita-cita mewujudkan jejaring pembelajaran sejawat bagi perempuan yang memiliki peran kunci dalam kepemimpinan serta memimpin program maupun proyek yang memajukan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam laut dan pesisir. "Landasan upaya ini bertujuan untuk membangun kapasitas perempuan di wilayah Segitiga Karang Dunia sehingga para perempuan pemimpin ini dapat mengambil peran yang lebih aktif dalam melestarikan dan memelihara sumber daya laut dan pesisir di wilayah ini", tandas Sjarief.

Direktur Eksekutif Coral Triangle Center, Rili Djohani, sebagai salah satu pencetus utama program kepemimpinan perempuan di Segitiga Karang Dunia, mencatat pentingnya pencapaian hasil positif dari para perempuan pemimpin dalam mengelola sumberdaya laut dan pesisir di seantero Segitiga Terumbu Karang Dunia. "Perempuan Pemimpin, terutama di tingkat masyarakat, selama ini telah berperan sangat aktif dalam perlindungan sumberdaya laut dan pesisir, namun upaya mereka jarang mendapatkan rekognisi dan penghargaan. Dengan menampilkan berbagai kegiatan ini, kami berharap dapat menginspirasi kaum perempuan untuk lebih banyak lagi mengambil peran kepemimpinan dalam pengelolaan, perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya yang kita miliki, dan pada saat bersamaan dapat saling belajar dari pengalaman masing-masing, terutama untuk mengembangkan dan memperluas upaya mereka melindungi sumberdaya laut dan pesisir" ungkap Rili.

Peluncuran Forum Perempuan Pemimpin CTI-CFF digelar dengan tuan rumah Sekretariat Regional Interim CTI-CFF dan didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, National Coordinating Committee (NCC) Indonesia, USAID, the Coral Triangle Center, US Department of Interior, The Nature Conservancy, WWF, dan Asian Development Bank. Peluncuran ini digelar bersamaan dengan pertemuan spesial pejabat senior (Special Senior Officials Meeting) CTI-CFF (Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries, and Food Security) dan pertemuan ke-5 tingkat menteri CTI-CFF (5th CTI-CFF Ministerial Meeting) serta Konferensi Terumbu Karang Dunia (World Coral Reefs Conference-WCRC).

Peluncuran ini digelar menyusul kunjungan 12 hari ke Amerika Serikat yang didukung oleh USAID dan Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat (USDOI), dimana 13 perempuan pemimpin dari negara - negara Segitiga Karang dunia bertemu dan mengambil pembelajaran dari mitra-mitra mereka di Amerika Serikat (Washington DC dan St. Croix), serta aktif mengikuti pelatihan kepemimpinan yang menghasilkan rencana aksi 12 bulan kedepan untuk memajukan kontribusi kaum perempuan bagi program dan upaya konservasi perairan laut dan pesisir.

Selama peluncuran, enam perempuan pemimpin dari negara-negara di Segitiga Karang Dunia mendapat penghargaan dan bantuan hibah untuk melanjutkan dan memperluas kegiatan mereka. Para perempuan pemimpin ini adalah Martha Lotang dari Indonesia, Francesca Ngo Winfield dari Malaysia, Piwen Langarap dari Papua Nugini, Alma Bool dari Filipina, Moira Dasipio dari Kepulauan Solomon, dan Robela Mendes dari Timor Leste.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Anang Noegroho, Plt. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Narasumber :

1. Prof. Ir. Sjarief Widjaja, Ph.D., FRINA
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Ketua Sekretariat Regional Interim CTI-CFF)

2. Anang Noegroho
Plt. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi
(Sekretaris Bidang Media dan Humas WCRC 2014)


Profil Perempuan Pemimpin Penerima Penghargaan

1. Maria Lotang adalah pemimpin dari kelompok bernama CBO (Cinta Persahabatan) di Alor, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Maria awalnya mendirikan kelompok tersebut bersama 12 perempuan di tahun 2004 yang kemudian pada tahun 2014 tumbuh menjadi kelompok beranggotakan 100 perempuan dan laki-laki. Di bawah kepemimpinannya, kelompok ini menjalankan kegiatan penyadaran bagi kalangan nelayan untuk melindungi
terumbu karang, serta mendorong penegak hukum setempat untuk menegakkan hukum secara tegas bagi mereka yang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak serta berbagai teknik penangkapan ikan yang dilarang karena merusak kelestarian ekosistem dan lingkungan laut dan pesisr.

2. Francesca Ngo Winfield adalah ketua dan pendiri Masyarakat Konservasi Penyu Kudat (Kudat Turtle Conservation Society) di Sabah, Malaysia. Francesca telah menunjukkan keteguhan yang luar biasa dalam membangun landasan bagi masyarakat agar dapat menyuarakan keprihatinan dan memberi masukan, serta mengambil langkah nyata dalam berbagai hal. Semangat untk melindungi penyu dan habitatnya adalah pendorong utama untuk menjangkau para pemimpin setempat dalam membangun dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan di Kudat, yang dapat memastikan adanya perlindungan bagi lingkungan di sana.

3. Piwen Langarap adalah koordinator program Jaringan Konservasi Lingkungan Masyarakat Manus di Propinsi Manus, Papua Nugini. Piwen berupaya maksimal menggunakan keahlian dan pengetahuannya untuk memfasilitasi Kawasan Pengelolaan Laut Lokal (LMMA) di komunitasnya.

4. Alma Bool adalah bendahara Sama Samang Nagkakaisang Pamayanan ng Silonay, sebuah kelompok masyarakat di Calapan, Mindoro Oriental, Filipina. Kelompoknya bekerja untuk meningkatkan daya tahan masyarakat dari perubahan iklim beserta dampaknya, melalui program perlindungan pesisir dan perluasan sumber pendapatan. Alma selama ini aktif terlibat dalam rehabilitasi 42 hektar hutan mangrove di desanya.

5. Moira Dasipio adalah Presiden dari Persatuan Para Ibu di Propinsi Isabel, Kepulauan Solomon. Selama tiga tahun terakhir, Moira memimpin perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan Isabel Ridges to Reef Conservation Plan. Saat rencana terwujud, Moira bekerja bersama kelompok fasilitator masyarakat untuk mendidik rekan-rekannya tentang pentingnya masyarakat yang berdaya tahan tinggi untuk menghadapi perubahan iklim serta pentingnya lingkungan yang lestari. Upaya ini meraih dukungan arus bawah yang besar serta memantik minat masyarakat yang lebih luas bagi adanya pelestarian lingkungan berbasis masyarakat serta pengelolaan sumberdaya alam yang lestari, dimana sepuluh kelompok masyarakat sudah menyatakan ketertarikan untuk menjalankan program yang sama di wilayah mereka.

6. Robela Mendes adalah pemimpin kelompok perempuan Com di desanya yang berlokasi di Nino Konis, Taman Nasional Santana, Timor Leste. Di dalam perjalanan membangun kawasan perlindungan laut di desanya, Robela dan rekan-rekannya menemukan bahwa mereka dapat memberikan sumbangan aktif dalam pengelolaan sumberdaya mereka dengan memajukan upaya pengembangan sumber pendapatan alternatif seperti pembuatan kain tradisional, menjalankan konsep rumah inap (guest house) bagi wisatawan, serta pengembangan penanaman sayuran.


Informasi lebih lanjut hubungi:

Arwandrija Rukma, Regional Coordinator

Email: arukma@cticff.org

Mobile : CTI-CFF Interim Regional Secretariat
Mobile: +62 8111 831144


Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014