Nilai investasi 700 juta dolar AS itu sudah termasuk pembangunan pembangkit listrik...
Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan Malaysia berencana membangun pabrik pengelola dan pemurnian (smelter) alumina senilai 700 juta dolar Amerika Serikat di Kalimantan.
"Mereka merencanakan berinvestasi membangun alumina processing senilai 700 juta dolar AS. Smelter alumina ini bahan bakunya dari bauksit," kata Staf Khusus Menteri Perindustrian Benny Wahyudi, di Jakarta, Selasa.
Nilai investasi 700 juta dolar AS itu sudah termasuk pembangunan pembangkit listrik yang diperkirakan mencapai tujuh hingga delapan triliun rupiah.
Ia mengungkapkan perusahaan Malaysia itu sebenarnya sudah mempunyai smelter pembuat aluminium di Serawak, namun selama ini smelter milik perusahaan tersebut masih mengimpor alumina, sebagai bahan baku untuk membuat aluminium, dari Australia.
"Jadi, kalau perusahaan ini bisa bangun smelter alumina di Kalimantan maka akan lebih dekat dan mudah ke Serawak. Selain itu, secara logistik pasti akan jauh lebih murah dibandingkan mengambil dari Australia," ujarnya.
Sejauh ini perusahaan Malaysia yang akan membangun smelter di Kalimantan ini, menurut Benny, sedang dalam proses menjalin kerja sama dengan perusahaan lokal yang memiliki izin pertambangan.
"Mereka sudah mendapatkan rekanan lokal, namun mereka belum menyebutkan nama dari perusahaan lokal yang akan diajak kerja sama. Selain itu, mereka juga masih dalam proses pengurusan izin," kata dia.
Ia menambahkan, kapasitas produksi dari smelter alumina yang akan dibangun di Kalimantan itu diperkirakan mencapai satu juta ton per tahun.
Bauksit yang akan digunakan sebagai bahan baku nantinya bisa diperoleh dari Kalimantan Barat atau Kalimantan Tengah.
"Alumina yang mereka butuhkan itu 800 ribu ton untuk dikirim ke Serawak. Nanti sisanya 200 ribu ton mungkin bisa 'dilempar' ke INALUM," ujar Benny. (*)
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014