Petenis Jawa Timur M Rifqi Fitriadi berjabat tangan dengan petenis Aceh M Gunawan Trimuswantara usai bertanding pada babak perempat final tenis beregu putra PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Lapangan Tenis Harapan Bangsa, Banda Aceh, Aceh, Kamis (12/9/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

Komitmen PELTI

Sebagai organisasi yang menaungi segala hal yang berkaitan dengan tenis lapangan, PP PELTI telah memiliki perencanaan sebagai upaya mereka untuk mematangkan ikhtiar dalam menempa generasi emas tenis di masa depan.

Apabila menarik ke belakang, satu permasalahan utama yang sejak tadi dibicarakan adalah dana. Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) Deddy Prasetyo mengakui bahwa memang ada permasalahan terkait pembiayaan atlet.

Namun, kata dia, Ketua PP PELTI Nurdin Halid telah berkomitmen bahwa organisasi itu akan merekrut pemain-pemain terbaik untuk dicarikan sponsor guna dapat pergi ke turnamen.

Lalu, agar bisa menarik dukungan dari sponsor, perlu adanya pemain berkualitas yang bisa membawa harum nama Indonesia. Oleh karena itu, satu hal yang menjadi fokus utama Deddy dan timnya saat ini adalah meningkatkan kualitas pemain.

Dengan berapi-api ia mengungkapkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, kualitas petenis Indonesia menurun. Alasannya? Salah satunya karena menurunnya kualitas pelatih lantaran tidak mau terus belajar.

Ada banyak pelatih yang hanya memiliki latar belakang bisa bermain tenis, lantas menjadi pelatih. Setelah itu, mereka tidak mau belajar lagi mengenai sport science, utamanya tennis science. Padahal, ilmu tersebut sangat dibutuhkan selain skill bermain tenis. Diperlukan strategi yang baik agar bisa menumbuhkan pemain yang berkualitas.

"Pelatihnya ngajarnya seolah doing business as usual. Seharusnya kan mereka (pemain) ditempa. Jadi, kalau mau maju, petenis harus mendapatkan kualitas latihan yang bagus yang memiliki tujuan khusus jangka panjang," ujarnya.

Pelatih harus bisa meningkatkan pelatihan kepada para atlet dengan kurikulum yang diperiodisasi secara berkala. Apabila atlet yang dilatih sudah beradaptasi dengan suatu level, maka perlu ditingkatkan kembali tingkat kesulitannya. Dengan demikian, akan ada keberlanjutan dan bakat bertenis tidak terhenti pada usia 15-19 tahun.

Apabila kekurangan dari sisi kepelatihan bisa diperbaiki, maka atlet yang dilatih bisa berkualitas dan dunia tenis di Indonesia akan mengarah ke arah yang lebih baik. Dibutuhkan komitmen yang tegas dan berkelanjutan untuk mematangkan program yang telah dicanangkan. Ikhtiar ini juga pun menjadi komitmen PELTI ke depan.

Diharapkan masa depan tenis Indonesia dapat terus berkembang hingga bisa kembali mengirim wakil dalam olimpiade, atau bahkan nama petenis Indonesia bisa mengharumkan nama negara di Grand Slam, ajang pertandingan tenis paling bergengsi.

Baca juga: Tenis - Aldila Sutjiadi harap permainannya jadi motivasi para junior
Baca juga: Petenis muda Aceh merasa bangga bisa melawan Aldila Sutjiadi

Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2024