Jakarta (ANTARA) - Badan Standardisasi Nasional mengatakan bahwa untuk mencapai usia harapan hidup 80 tahun bagi Indonesia dibutuhkan fasilitas layanan kesehatan yang SMART (Selamat, berMutu, Aman, Ramah, Terjangkau) yang dapat dipenuhi melalui kolaborasi dan sinergi.

Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional (BSN) Donny Purnomo mengatakan bahwa angka harapan hidup yang panjang merupakan salah satu indikator utama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Donny mengutip dari Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa per 2023 angka harapan hidup Indonesia adalah 73,93 tahun.

Angka tersebut, katanya, tergolong rendah, dan dia menilai bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah infrastruktur dan layanan medis yang terbatas serta rendahnya jumlah tenaga medis yang memadai. Oleh karena itu, ujar Donny, fasyankes SMART merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang angka harapan hidup orang Indonesia.

"Selain SMART, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) juga perlu didorong," katanya dalam International Healthcare Engineering Forum (INAHEF) 2024 di Jakarta, Selasa.

"BSN mendorong penerapan standar terkait alat kesehatan dan fasilitas kesehatan. Karena sudah banyak standar yang ditetapkan. Namun, penerapannya perlu kita support bersama-sama dengan berkolaborasi dan bersinergi dengan seluruh pihak yang terkait demi kemajuan bersama," ujar dia menuturkan.

Dia menyebutkan, hingga Agustus 2024 BSN telah menetapkan 15.231 SNI. Dari jumlah tersebut, terkait alat kesehatan dan fasilitas kesehatan sebanyak 463 SNI yang masih aktif.

Adapun Presiden Perkumpulan Teknik Perumahsakitan Indonesia (PTPI) Eko Supriyanto mengatakan, Forum Teknik Pelayanan Kesehatan Internasional diselenggarakan untuk menghasilkan rumusan model dan program 2025-2029 untuk Penguatan Fasyankes dan Industri Kesehatan.

“Ini termasuk program pemeriksaan kesehatan 9 Penyakit Prioritas, program penanganan TBC secara terstruktur sistemik masif dan modern, program pemenuhan fasyankes seluruh Indonesia, serta model struktur industri alkes dalam negeri dan model pembiayaan fasyankes,” ujar Eko menjelaskan.

Melalui INAHEF 2024, katanya, diharapkan para peserta yang hadir yang terdiri atas pemerintah pusat dan daerah, fasyankes, perguruan tinggi, asosiasi profesi dan asosiasi fasyankes, serta konsultan dan kontraktor fasyankes, dapat memberikan masukan, semakin aktif berkontribusi dan bersinergi guna mempertajam transformasi kesehatan serta mencapai SMART Hospital di Indonesia.

INAHEF 2024 merupakan forum yang diprakarsai dan didukung oleh Kantor Staf Presiden, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perindustrian, dan BSN, serta diselenggarakan oleh Perhimpunan Teknik Pelayanan Kesehatan Indonesia (PTPI) dengan kolaborasi bersama industri, perguruan tinggi, asosiasi, serta pemerintah daerah.

Tujuan dilaksanakannya acara ini di antaranya adalah merumuskan rencana implementasi program pemerintah 2024 - 2029 terutama bidang kesehatan; mendapatkan masukan dari daerah dan merumuskan serta mengimplementasikan secara masif di seluruh daerah di Indonesia melalui kongres; melakukan penilaian kesesuaian produk-produk penunjang SMART Hospital dengan regulasi; serta memberikan penghargaan bagi industri yang telah memenuhi regulasi.

Baca juga: Indonesia sukses tekan angka kematian dan perpanjang harapan hidup

Baca juga: Kemenkes: Pemberdayaan lansia penting seiring naiknya harapan hidup

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024