Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), melaksanakan pengendalian organisme pengganggu tanaman yang sudah menyerang empat hektare dari 150 hektare tanaman cabai di Kapanewon Galur.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo Drajat Purbadi, di Kulon Progo, Senin, mengatakan kondisi cuaca dan iklim sampai saat ini tidak begitu berpengaruh terhadap capaian luas tanam serta perkembangan hama dan penyakitnya.

"Gangguan hama dan penyakit yang sempat muncul di awal pertumbuhan, antara lain hama ulat tanah (trusuk) dan penyakit busuk batang. Intensitas serangan hama trusuk bervariasi antara 5-15 persen (ringan) dengan luas ancaman kurang lebih dua hektare. Kemudian penyakit busuk pangkal batang (phytophthora) intensitas serangannya antara 8-10 persen (ringan) dengan luas ancaman kurang lebih dua hektare," kata Drajad.

Ia mengatakan lahan pesisir lainnya, di wilayah Kalurahan Banaran dan Karangsewu, Kapanewon Galur, saat ini banyak dijumpai komoditas hortikultura seperti cabai, semangka, melon, dan tanaman hortikultura lainnya.

Khusus komoditas tanaman cabai, sebagian besar merupakan tanaman baru yang banyak ditanam petani sebulan yang lalu, tepatnya mulai Agustus 2024. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan, pada musim tanam sekarang ini luas pertanaman cabai di Galur mencapai 150-an hektare.

Angka ini sesuai dengan data yang ada di Dinas Pertanian dan Pangan, yaitu sampai minggu ke-2 bulan September 2024, di wilayah Kapanewon Galur terdapat pertanaman cabai seluas 150 hektare.

Tanaman tersebar di empat kelompok rani, yaitu Kelompok Tani Sido Dadi Banaran seluas 60 hektare, Kelompok Tani Wahana Tani Gupit seluas 30 hektare, Kelompok Tani Sari Siliran seluas 30 hektare, dan Kelompok Sewu Rejo Siliran dengan luas 30 hektare

"Serangan hama tersebut menurut petani masih tergolong wajar. Saat dilakukan cek langsung di lapangan, keadaan serangan OPT sudah menurun intensitas serangannya," kata Drajad.

Dia mengatakan serangan hama trusuk dan busuk batang dengan intensitas cukup tinggi terjadi di lahan kurang lebih 1.000 meter persegi milik Triyono. Tanaman cabai yang terserang trusuk dan busuk batang pasca terjadi hujan banyak yang rebah dan harus disulami dengan bibit yang baru.

Sebagai langkah antisipasi serangan hama trusuk dan penyakit busuk batang, petani sudah melakukan pengendalian secara kultur teknis seperti penggunaan bibit yang bebas hama penyakit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan mulsa plastik, dan penyiraman rutin secara berkala.

"Petugas POPT juga menyarankan untuk menggunakan agens hayati seperti jamur Thichoderma, Pseudomonas fluorescens, dan PGPR untuk pencegahan hama dan penyakit tanaman," katanya.

Lebih lanjut, Drajad mengatakan pengendalian secara kimiawi juga diterapkan sebagai alternatif terakhir untuk mengendalikan hama trusuk dan penyakit busuk batang tanaman cabai.

Petani menggunakan pestisida dengan bahan aktif Tiametoksam, Lamda sihalotrin, Klorpirifos, Karbofuran dll. untuk mengendalikan ulat tanah.

"Sedangkan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit busuk batang digunakan fungisida berbahan aktif Propamokarb, Propinep, Mankozeb, Benomil, dan sejenisnya," katanya pula.
Baca juga: Wanita tani Kulon Progo memproduksi bon cabai antipasi harga anjlok
Baca juga: Lahan pasir Kulon Progo yang mengubah petani jadi jutawan

Pewarta: Sutarmi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024