Itulah esensi yang kadang hilang di negeri ini, sehingga situs-situs sejarah maha penting seperti Istana Maimun terabaikan.
Mungkin perlu tangan-tangan profesional untuk merawat situs-situs bersejarah sarat nilai dan peradaban seperti Istana Maimun, sehingga terkelola dengan baik yang membuat orang nyaman menikmatinya dan lalu meresapi keagungan bangsanya.
Sebenarnya banyak kalangan yang berusaha memperindah lagi Istana Maimun agar seindah di masa lalunya.
Salah satunya Wali Kota Medan Bobby Nasution yang ingin merevitalisasi Istana Maimun.
Istana Maimun adalah satu dari empat tempat yang ingin direvitalisasi oleh Pemerintah Kota Medan. Tiga lainnya adalah Taman Sri Deli, Masjid Raya Al Mashun, dan Rumah Tjong A Fie.
Sultan Deli Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam menyadari revitalisasi itu, tapi dia menghadapi apa yang disebutnya masalah internal dakal keluarga dan ahli waris istana itu.
Bobby mengaku sudah sejak 2019 menyiapkan anggaran untuk revitalisasi Istana Maimun, tapi mengingat orang-orang istana itu tidak sepakat, revitalisasi itu tersendat sampai kini.
Masyarakat sendiri menginginkan istana ini dibuat semegah dan asri seperti dulu, sehingga generasi masa kini mendapatkan perspektif utuh tentang bangsanya.
"Kami membawa murid-murid kami ke Istana Maimun untuk mengenali secara dini sejarah dan peradaban bangsa kita," kata David Afrizal, guru sebuah SD di Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Tekad orang-orang seperti David Afrizal harus didukung oleh semua pihak, dengan menjadikan situs-situs bersejarah terawat.
Jangan biarkan generasi mendatang kehilangan jejak bangsanya dan kemudian kehilangan jati diri yang justru penting bagi negara majemuk yang membutuhkan ikatan nasional seperti Indonesia.
Revitalisasi Istana Maimun dan situs-situs bersejarah lainnya di negeri ini, bahkan sudah merupakan hal mendesak untuk dilakukan karena ada gejala pada era ini orang dengan mudah membelokkan sejarah.
Celakanya, pembelokan sejarah itu tidak didasarkan kepada ilmu pengetahuan dan metodologi sejarah, tapi melulu bersandar kepada spekulasi dan klaim sepihak dari orang-orang yang tak memiliki kompetensi merekonstruksi sejarah bangsa ini.
Tak ada pilihan, pemerintah dan masyarakat, tidak hanya di Medan dan Sumatera Utara, harus aktif merawat peninggalan dan jejak sejarah bangsa, kalau tidak ingin melihat jati diri bangsa hilang karena pembiaran, ketidaktahuan dan ketidakpedulian.
Baca juga: LaNyalla : Peradaban Kesultanan Deli sumbang berbagai aspek budaya
Baca juga: Kuda sewa di Istana Maimun Medan kurang diminati pengunjung
Copyright © ANTARA 2024