Kala hujan turun, tercipta genangan-genangan kecil di antara reremputan itu.

Bahkan sebuah jalan di sisi kanan istana itu dinodai oleh kubangan-kubangan air, yang semestinya tak ada di tempat seeksotis dan sebersejarah ini.

Estetika keseluruhan istana yang dibangun oleh Sultan Ma'mun Al Rashid Perkasa Alamsyah pada 1887–1891 dengan arsitek Theodoor van Erp dari Belanda itu terganggu, jika tidak disebut rusak.

Interiornya pun begitu. Sebagian orisinalitas memudar sehingga mengurangi nilai dan ketinggian peradaban yang menjadi konten utama dari istana ini.

Para pedagang memenuhi ruang inti istana yang semestinya steril dari siapa pun, kecuali pengunjung.

Padahal dengan nilai sejarah yang begitu tinggi, Istana Maimun seharusnya ditata dengan lebih baik sehingga daya tariknya semakin tinggi lagi.

Keluarga Sultan Deli dan para ahli waris membuka seluas mungkin istana ini untuk masyarakat, tapi menjadikan istana ini tetap indah sehingga orang nyaman merenungkan kebesaran sejarah bangsanya, seharusnya tetap menjadi kepedulian.

Itu semua penting demi menunjukkan kepedulian bangsa ini terhadap warisan dan jejak bangsa yang tak saja membentuk peradaban bangsa ini, tapi juga turut menciptakan ikatan bersama yang melahirkan Indonesia.

Kita sudah terlalu sering mengabaikan hal-hal esensial di bali peninggalan-peninggalan di masa lalu, yang mestinya dirawat baik-baik agar bangsa ini tetap memiliki akar dan identitas bersama.

Jepang, China, dan Eropa, justru lain. Mereka intensif merawat peninggalan-peninggalan bersejarah, tidak melulu untuk tujuan pariwisata dan ekonomi, tapi lebih penting lagi tentang jati diri bangsa.

Mereka adalah bangsa-bangsa modern yang merangkul erat teknologi dan dominan mendefinisikan peradaban global, tapi mereka tak pernah melupakan jejak dan akar sejarahnya.

Mereka tak akan pernah sudi menukar jejak bersejarah bangsanya hanya demi mengejar ketertinggalan pembangunan fisik dari negara lain.

Bahkan negara seperti Lithuania yang menjadi korban kebrutalan Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua dan dinas rahasia KGB selama Perang Dingin, merawat penjara dan kamp penyiksaan peninggalan Nazi dan KGB.

Museum itu mengingatkan generasi kini tentang masa gelap Lithuania pada 1940-1991, sehingga rakyatnya selalu mengenangnya agar abadi terikat dalam kebersamaan dan menghindari hal buruk serupa di kemudian hari.

Baca juga: Ketua DPD dukung Pemrov Sumut jaga kelestarian kebudayaan Melayu Deli

Perlu tangan profesional

Copyright © ANTARA 2024