Kota ini menarik untuk ditelusuri. Dan jika Anda sudah di kota ini, sempatkanlah menjelajahi Jalan Sutomo.
Ini bukan jalan sembarang jalan, karena merupakan jalan utama di Siantar yang penuh kenangan dan situs jajanan utama di kota ini.
Omong-omong soal jajanan, sebagaimana daerah lain di Sumatera Utara, Anda tak perlu merogoh kocek dalam-dalam, karena hampir segalanya berharga murah di sini, termasuk Kedai Kopi Sedap Siantar, yang terkenal sampai ke mana-mana.
Kedai kopi ini menyediakan dua macam pilihan kopi, yakni kopi hitam dan kopi susu, tetapi khusus kopi hitam dihidangkan dalam cangkir yang klasik yang umurnya bisa sama tuanya dengan kedai itu.
Kopi yang diracik turun temurun sehingga membawa rasa khas yang tak ditemui di tempat lain itu, biasanya dihidangkan bersama roti bakar yang juga dimasak dalam cara khusus, yang menjadikannya benar-benar khas Siantar.
Tak ada yang tidak tahu kedai ini di Siantar, terutama karena kedai ini sudah berdiri jauh sebelum Republik Indonesia berdiri, tepatnya pada 1939.
"Saya dari generasi ketiga yang mengelola kedai ini," kata Budiman, yang meminta disebut namanya sebagai "Budiman Sedap".
Anak cucu Budiman kini mengelola kedai yang selalu padat pengunjung saat Sabtu atau Minggu dan saat liburan itu.
Nuraini Tanjung, yang tinggal di kota itu, membagikan kesaksiannya mengenai kedai ini, bahwa racikan resep baik untuk minuman kopi maupun roti bakar di kedai ini, sungguh tiada duanya.
Dan itu salah satu yang membuat kedai kopi ini nyaris tak pernah sepi dari pengunjung, persis seperti ANTARA lihat saat mengunjungi Minggu sore kemarin.
Orang-orang yang rela antre di sini tak cuma dari Siantar, tapi juga Medan dan kota-kota sekitarnya.
Sesekali keluar omongan bernada bentakan antar-karyawannya, mungkin karena emosi. Tapi ini kan Sumatera Utara, tanah Batak, yang memiliki gaya berbicara keras dan lantang, jadi jangan cepat menyimpulkan itu sebagai pertengkaran.
Tapi keadaan itu tak pernah menyurutkan orang untuk datang ke sana, bahkan rutin datang ke sini
"Sudah jadi tradisi kami mampir dulu ke sini setelah berlibur di Toba," kata seorang pria Tionghoa yang mengenalkan dirinya dengan satu nama saja, Acong.
Baca juga: Penampilan peserta residensi budaya 2024 pikat penonton di Kota Tua
Baca juga: Isi akhir pekan dengan mengunjungi pameran budaya hingga bazar buku
Halaman berikut: Kota toleran nan inklusif
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024