... saya justru melarang mal-mal itu masuk desa dan hanya boleh sampai ibukota kecamatan... "
Surabaya (ANTARA News) - Pada saat banyak kota, kabupaten, dan kota kecil lain ingin tampil canggih seperti kota besar (baca: Jakarta), maka Bupati Banyuwangi, Abdullah Anas, menegaskan daerah yang dia pimpin bisa maju tanpa memfotokopi kemajuan daerah lain yang mengandalkan mal, karaoke, dan semacamnya.

"Buktinya, pendapatan perkapita masyarakat Banyuwangi sekarang mampu melampaui Malang. Kalau sebelumnya pendapatan bruto kami Rp272,6 miliar, maka tahun ini sudah bisa Rp3,2 triliun," katanya, dalam seminar yang digelar BEM ITS Surabaya, Minggu.

Dia menjelaskan potensi setempat yang dioptimalkan, antara lain objek wisata, buah-buahan khas setempat, pertanian, industri jasa, dan sumber daya manusia.

"Kalau daerah lain menggerakkan ekonomi dengan membangun mal seperti Alfmart, Indomart, dan sebagainya hingga ke pelosok desa, maka saya justru melarang mal-mal itu masuk desa dan hanya boleh sampai ibukota kecamatan," katanya.

Menurut dia, larangan itu bukan berarti anti-mal, namun pihaknya ingin melindungi potensi perekonomian masyarakat. "Kalau membangun perekonomian tapi pasar masyarakat mati ya potensi lokal akan mati pula," katanya.

Bahkan, katanya, produk pertanian dan buah-buahan setempatpun dijual langsung ke supermarket besar, di antaranya Carrefour.

"Awalnya, saya memang menjual langsung seperti itu, tapi sekarang saya bentuk koperasi sebagai penghubung itu, sehingga konflik dengan tengkulak dapat dieliminasi," kata dia. 

"Untuk melindungi kepentingan setempat itu pula, saya membangun bandara dengan konsep bandara hijau pertama di Indonesia yang menonjolkan desain budaya setempat, serta mengurangi pemanfaatkan energi listrik, sehingga saya membangun bandara cukup dengan Rp40 miliar, tapi daerah lain justru Rp400 miliar," katanya.

Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014