balita yang belum stunting dapat diantisipasi sejak dini agar tidak sampai stunting
Jakarta (ANTARA) - Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI) mendorong pengoptimalan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menurunkan dan mencegah kasus stunting di Indonesia.
 
"Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia adalah peran masyarakat. Sehingga optimalisasi pemberdayaan masyarakat menjadi hal yang sangat penting," kata Ketua Umum APKESMI Kusnadi di Jakarta, Senin.

Baca juga: Jakpus perkuat peran tim PKK untuk turunkan angka stunting
 
Kusnadi menyebut sasaran program percepatan penurunan stunting yaitu anak balita, sementara kendala paling besar dihadapi saat ini yakni masih rendahnya tingkat kehadiran balita di posyandu.
 
Sehingga, diperlukan peran masyarakat untuk  memotivasi orang tua balita agar menyempatkan waktu untuk mendatangi posyandu guna melakukan penimbangan putra-putrinya.
 
Seluruh komponen masyarakat juga harus menyadari bahwa kehadiran balita itu sangat penting dalam menentukan angka stunting di wilayah masing-masing.

Baca juga: DKI kembali uji coba makan bergizi untuk murid SD di Jakarta
 
"Kami meyakini bahwa jumlah balita stunting secara riil tidak sebesar hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI), hanya saja kami belum memiliki data valid untuk membantah data SKI. Karena data pengukuran balita di posyandu yang di-input melalui aplikasi e-PPGBM masih sangat rendah," ujar Kusnadi.
 
Apabila data  balita dapat terinput seluruhnya, kata Kusnadi, maka  dapat ketahuan siapa yang stunting berdasar nama dan alamat. Penanganan balita stunting juga akan lebih mudah dan  terfokus, serta balita yang belum stunting dapat diantisipasi sejak dini agar tidak sampai stunting.
 
Lebih lanjut, Kusnadi menekankan tugas puskesmas dalam menemukan balita stunting di wilayahnya melalui pengukuran menggunakan antropometri di posyandu. Apabila ditemukan anak yang stunting, maka akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan oleh dokter spesialis anak di rumah sakit untuk memastikan dan mengetahui penyebabnya.
 
Prevalensi stunting di Indonesia pada 2023 hanya menurun 0,1 persen bila dibandingkan 2022. Hal tersebut terungkap berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada akhir April 2024.

Baca juga: Pemkot Jakpus kenalkan enam pola asuh kesehatan untuk cegah tengkes
 
Lalu, menurut temuan SKI 2023, prevalensi stunting pada 2023 sebesar 21,5 persen. Sedangkan pada 2022 prevalensi stuntingnya 21,6 persen.
 
APKESMI mengajak seluruh pemangku kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah untuk menggerakkan masyarakat agar berperan aktif dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia.
 
"Kami juga memohon melalui DPR-RI agar mendorong pemerintah mengeluarkan regulasi tentang pemberdayaan masyarakat agar memiliki gerakan yang sinergi dalam percepatan penurunan stunting," ucap Kusnadi.

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024