Indonesia tidak saja defisit neraca pembayaran dan juga defisit neraca anggaran, tetapi juga defisit negarawan. Namun, tidak defisit politikus"Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengatakan Indonesia saat ini defisit negarawan dari berbagai sektor sehingga harus lebih diperhatikan agar bangsa berhasil.
"Indonesia tidak saja defisit neraca pembayaran dan juga defisit neraca anggaran, tetapi juga defisit negarawan. Namun, tidak defisit politikus," kata Boediono saat berbicara pada pembukaan "The First Young Leader Indonesia Annual Conference 2014" di Jakarta, Sabtu.
Menurut Boediono, defisit paling besar adalah defisit pelaku yang andal dalam pilar poltik karena ada keengganan generasi muda memasuki dunia politik.
Ia mengingatkan bahwa keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia karena dipimpin oleh yang terbaik dan paling cemerlang dari anak bangsa.
Boediono mengaku mengetahui semakin sedikit anak muda yang menaruh minat berkarier di bidang politik.
"Yang harus dicatat adalah yang kita butuhkan politikus negarawan yang bersama-sama menghasilkan produk politik dan aturan main yang baik. Kalau kacau balau, kita ribut saja satu sama lain," kata Boediono.
Namun dia mengakui bukan politisi, namun sejak bekerja di pemerintahan, dia harus mengetahui politik. "Untuk menjadi politikus yang baik harus memiliki visi yang teguh. Kalau tidak memiliki visi hanya akan menjadi pion," kata Wapres.
Dia juga mengatakan dari segala institusi yang ada, maka yang paling fundamental adalah institusi politik. Pekerjaan paling penting dari institusi politik, seperti DPR, MPR, dan DPRD, adalah membuat aturan dasar.
"Konstitusi itu adalah aturan dasar suatu bangsa. Dari situlah muncul undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya," kata Boediono.
Jadi, kata dia, yang menentukan masa depan bangsa Indonesia adalah produk dari aturan main dalam menghadapi masa depan.
"Produk-produk ini adalah produk politik. Jadi, sangat penting kita harus memiliki institusi politik yang baik. Semua aturan main akhirnya aturan dasarnya apa, undang-undangnya apa," kata Boediono.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014