Jakarta (ANTARA News) - Hasil hitung cepat (quick count) yang digelar oleh Radio Republik Indonesia (RRI) nyaris sama dengan hasil rekapitulasi suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Jumat malam.
"Ini merupakan kali kedua kita mengadakan quick count setelah 2009, kita telah punya pengalaman dalam lima tahun sebelumnya menjadikan pelajaran untuk terus memperbaiki kualitas kita," kata Direktur Utama RRI Niken Widiastuti saat dihubungi Antara, Sabtu, menanggapi hal itu.
Hasil hitung cepat RRI mencatat Partai Nasdem memperoleh 6,68 persen, PKB 9,43 persen, PKS 6,61 persen, PDIP 18,65 persen, Golkar 14,87 persen, Gerindra 11,4 persen, Partai Demokrat 10,26 persen, PAN 7,61 persen, PPP 6,52 persen, Hanura 5,41 persen, PBB 1,60 persen dan PKPI 0,97 persen.
Sementara hasil penghitungan KPU yang telah ditetapkan Jumat (9/5) malam mencatat, Partai Nasdem 6,72 persen, PKB 9,04 persen, PKS 6,79 persen, PDIP 18,95 persen, Partai Golkar 14,75 persen, Partai Gerindra 11,81 persen, Partai Demokrat 10,19 persen, PAN 7,57 persen, PPP 6,53 persen, Partai Hanura 5,26 persen, PBB 1,46 persen dan PKPI 0,91 persen.
Menurut Niken, kelebihan hasil hitung cepat yang dimiliki RRI terletak pada infrastruktur dan dukungan teknologi yang dimiliki selain metodologi yang telah diterapkan.
Infrastruktur yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia mendukung perolehan data yang akurat dari para relawan RRI yang disebarkan diseluruh daerah di Indonesia.
Niken mengatakan, terdapat 2.000 relawan yang menangani TPS amatan yang telah ditetapkan oleh RRI. TPS amatan tersebut tersebar diseluruh daerah, baik di kota maupun di desa dan daerah pedalaman. "Begitu pula di daerah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini, di Entikong (perbatasan dengan Malaysia) di Atambua (perbatasan dengan Timor Leste)," katanya.
Kelebihan ini yang menurut dia, tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga survei lainnya yang menyelenggarakana hitung cepat.
Selain itu, teknologi yang digunakan juga memberikan dukungan bagi keakuratan data. Data yang dimasukan relawan, menurut dia, tidak bisa sembarangan, karena telah diintegrasikan dalam sistem yang akan menolak data-data yang dinilai meragukan.
Misalnya, ia mencontohkan sistem telah mencatat jumlah penduduk yang berhak memilih di suatu TPS (tempat pemungutan suara). Bila ada data hasil pemungutan suara sementara yang melebihi jumlah penduduk yang berhak memilih langsung ditolak oleh sistem.
Selain itu, untuk menjaga agar data tersebut tetap dapat dipercaya, maka relawan tidak bisa berpindah TPS yang diamati. "TPS telah ditentukan dan hanya di TPS tersebut, sistem mau menerima hasil laporan relawan," katanya.
Guna menambah kepercayaan, relawan juga harus menyertakan foto berita acara, sehingga antara data yang dikirim ke sistem dan foto berita acara dapat diverifikasi kebenarannya.
"Ini untuk cek dan ricek terhadap data yang masuk," katanya.
Di sisi lain, penggunaan teknologi android menjadi salah satu keunggulan sistem karena data dapat diinput lebih cepat dan tepat.
Ia menambahkan, pada pemilihan presiden mendatang pihaknya juga akan melakukan hitung cepat. "Selain itu juga kita ingin melakukan exit poll, yaitu hitung cepat dengan langsung bertanya kepada para pemilih begitu usai mencoblos di bilik suara," katanya.
Exit Poll menurut dia, dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan pemilih terhadap calon presiden yang dipilihnya. "Kita dapat mengetahui misalnya pemilih muda kecenderungannya seperti apa, pemilih wanita dan sebagainya," katanya.((*)
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014