Medan (ANTARA) - Pasangan Komang Sugita dan Made Sisca Pratiwi menyebut bermain secara lepas menjadi kunci kemenangan dalam babak final ganda campuran tenis meja Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara.

"Kemarin itu babak hidup dan mati. Kalau kita kalah di delapan besar, kita nggak dapat medali. Kalau di sini, semifinal, kalah menang kita kan nggak apa-apa. Bermain lepas," kata Komang usai laga final di GOR Angsapura, Medan, Minggu.

"Dan ikhlas juga. Kalau ini memang rejeki kita berdua, pasti dikasih jalannya," tambah Sisca.

Komang-Sisca berhasil menang dengan skor 3-2 atas pasangan Jawa Timur Affan Mauludana Pratama dan Dwi Oktaviani Sugiarto di babak final ganda campuran. Mereka bermain sangat ketat dengan dua set mengalami deuce.

Pasangan Bali kalah di set pertama dan set keempat, namun memastikan gelar juara pada set kelima dengan rincian poin 13-15, 11-6, 13-11, 6-11, dan 11-6.

Sisca mengakui bahwa perjalanan mereka meraih emas ganda campuran diraih dengan memenangi pertandingan menghadapi lawan-lawan yang berat. Dari lima laga yang mereka jalani sampai menjadi juara, hanya satu laga berakhir dengan empat set skor 3-1 saat melawan Jawa Barat di babak semifinal. Sisanya, Komang-Sisca harus bermain lima set seperti saat melawan DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan dua pasangan Jawa Timur.

Dia menyebut bahwa ketenangan adalah hal yang berperan sangat penting di pertandingan mereka. "Musuh-musuh yang kita lawan juga dari awal itu sudah berat-berat banget. Kita menangnya juga gak gampang. Untungnya kita bisa melawan semua tegang dan takut saat kita main tadi," kata Sisca.

Selain jalannya pertandingan dengan poin-poin yang ketat, laga final Bali vs Jatim juga menyajikan permainan dengan smes keras dari kedua tim. Baik Komang-Sisca maupun Affan-Vita sama-sama bermain menyerang dengan smes keras.

Komang-Sisca pun mengaku tidak menyangka dengan permainan mereka yang bisa menghalau banyak smes keras dari lawannya. "Mungkin karena tegang, kita bisa mengeluarkan sisi latihan kita selama ini," kata Komang yang memiliki panggilan Odon.

Pelatih Bali Deddy Dacosta menyebut bahwa tim Bali yang mengandalkan nomor ganda awalnya hanya menargetkan medali perunggu untuk mencetak sejarah raihan medali di ajang PON untuk pertama kalinya. Namun pasangan Komang-Sisca bisa memberikan lebih, yaitu medali emas.


Baca juga: Bali cetak sejarah raih emas tenis meja perdana dari ganda campuran
Baca juga: Tenis meja Jatim berhadapan dengan Bali di final ganda campuran
Baca juga: Cerita jilbab loreng Christine Ferliana yang disebut bawa hoki

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024