New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena dolar didorong lebih tinggi terhadap euro untuk hari kedua berturut-turut, tetapi sedikit berubah untuk minggu ini di tengah berlanjutnya kekhawatiran atas Ukraina.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni, turun 27 sen menjadi ditutup pada 99,99 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP dan Xinhua.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 15 sen menjadi menetap pada 107,89 dolar AS per barel di perdagangan London.
Carl Larry dari Oil Outlooks and Opinion mengatakan penurunan harga minyak terjadi karena dolar meningkat kuat, membuat minyak mentah lebih mahal dalam mata uang lainnya.
Dolar mulai naik pada Kamis (8/5) setelah Kepala Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengatakan bank siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk memperlonggat kondisi moneter di zona euro pada bulan depan.
Dolar telah meningkat sekitar dua sen sejak itu, diperdagangkan pada 1,3756 dolar per euro pada Jumat sore.
Sebelumnya harga minyak melonjak didorong kekhawatiran atas pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan militan pro-Moskow di kota pelabuhan Ukraina tenggara yang menewaskan lebih dari 20 orang.
Pasar telah menjadi gelisah sepanjang minggu ini karena ketegangan di Ukraina telah meningkat, dan para pedagang mengawasi rencana referendum pada Minggu (11/5) di Ukraina bagian timur.
Memicu semangat anti-Kiev, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat tiba di Krimea, dalam kunjungan pertama bersejarah sejak pencaplokan wilayah semenanjung itu setelah referendum serupa.
Pemimpin Rusia itu akan memantau parade militer di kota pelabuhan bersejarah Sevastopol untuk memperingati kemenangan atas pasukan Nazi dalam Perang Dunia II.
Putin tiba di Bandara Belbek dekat Sevastopol, dimana markas Ukraina diserang oleh tentara bersenjata pada akhir Maret ketika Moskow mengakhiri pengambilalihan secara militer kawasan tersebut.
Pasar masih mengamati dengan seksama perkembangan di Ukraina. Di tengah ketegangan yang meningkat di Ukraina, laporan mengatakan negara-negara Uni Eropa sedang bersiapkan untuk menjatuhkan sanksi terhadap beberapa perusahaan Rusia.
"Kami perkirakan gejolak politik di Ukraina akan berlanjut, dan mungkin juga pasca pemilihan presiden pada 25 Mei," Bank ABN AMRO Belanda mengatakan dalam sebuah catatan.
Desmond Chua, analis pasar di CMC Markets di Singapura, mengatakan akan terjadi "penumpukan premi risiko" menjelang referendum yang direncanakan pada 11 Mei.
Ketidakpastian Ukraina menempatkan ancaman besar bagi pasar minyak. Rusia adalah produsen terbesar kedua gas alam. Lebih dari 70 persen dari ekspor minyak mentah dan gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina.
Para pedagang mengatakan bahwa kemungkinan penghentian pasokan minyak mentah dan gas alam Rusia melalui Ukraina mendukung harga minyak mentah.
Penurunan harga minyak pada Jumat juga didorong oleh stok minyak mentah AS yang saat ini masih berada pada tingkat sangat tinggi. Menurut Departemen Energi AS, persediaan minyak mentah AS turun 1,8 juta barel menjadi 397,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 2 Mei.
Tetapi, sekalipun pada pekan lalu berkurang, stok masih sangat tinggi. Tingkat persediaan minyak mentah AS saat ini adalah 2,1 juta barel lebih tinggi dari setahun sebelumnya.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014