Medan (ANTARA) - Medali emas yang diraih Jawa Barat dalam sepak bola putri Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 merupakan buah dari proses untuk mendaki tempat tertinggi, demikian menurut Helsya Maeisyaroh yang juga penggawa timnas putri Indonesia.

Di PON edisi sebelumnya, Helsya dan rekan-rekannya menyerah 0-1 dari tim tuan rumah Papua dalam laga final. Perak pun menjadi oleh-oleh dari ujung timur Indonesia.

Kekecewaan itu dibawa pada edisi tahun ini untuk dijadikan pelajaran bahwa Jabar harus "nomer hiji" (bahasa Sunda) atau menjadi nomor satu.

Dan pada akhirnya, pada tahun ini dari bagian wilayah barat Indonesia, penantian panjang Jabar membuahkan emas yang berhasil dibawa pulang ke Bumi Pasundan.

DKI Jakarta dibuat bertekuk lutut dengan skor 3-0 di di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sabtu (14/9).

Helsya mengatakan makna emas ini ibarat "tangga" dimana Jabar naik secara perlahan untuk menggapai medali paling prestisius.

"Menurut aku ibaratnya kayak tangga, naik perlahan, naik perlahan satu-satu dan naik setiap tahun, terus meningkat setiap tahun," kata pesepak bola putri 19 tahun itu saat ditemui setelah laga final.

Sore itu, ia menyumbangkan satu gol kemenangan melalui titik putih, menyegel kemenangan timnya yang sudah unggul dua gol berkat kaki Risdillah Siti Nurrohmah.

Kemenangan tiga gol tanpa balas itu menjadi skor terbesar sepak bola putri di PON 2024. Kemenangan ini membuat Jabar mencatatkan rekor gemilang dengan selalu menang dalam empat pertandingan di PON 2024, dengan catatan mencetak 10 gol dalam empat laga dan hanya kebobolan satu gol.

Pelatih sepak bola putri Jabar Fauzi Bramantio mengatakan emas ini sudah menjadi incaran timnya sejak awal.

Dalam misi membawa pulang emas ke Bumi Pasundan, ia menjelaskan Jabar melakukan persiapan selama hampir dua tahun.

"Kita sudah cukup lama sampai hari ini. Mungkin kurang lebih ada 1 tahun 8 bulan kita persiapan sebenarnya. Jadi saya rasa proses yang sudah memang kita jalani ya alhamdulillah terbayarkan dengan hasil yang didapatkan hari ini," jelasnya.

"Apalagi saya pun kemarin di PON Papua walaupun saya sebagai asisten tapi kita gagal. Hari ini saya tidak mau gagal yang kedua kalinya," tambahnya.

Rahasia lain di balik kemenangan ini, menurut Fauzi adalah karena ketenangan para pemain di semua lini yang ia instruksikan untuk menikmati setiap menitnya di lapangan tanpa ada ketegangan.

Strategi ini membuat Jabar bermain lepas, menguasai jalannya laga dengan leluasa melakukan build up umpan-umpan pendek dari belakang.

Permainan Jabar membuat Jakarta tak leluasa bermain. Umpan-umpan panjang mereka banyak menemui kebuntuan hingga akhirnya menyerah 0-3.

"Ya memang saya instruksikan hari ini anak-anak itu saya sudah bilang kalian hari ini itu mega konser kalian. Jadi nikmati pertandingannya, tidak perlu ada beban, tidak perlu ada rasa ketakutan, kesalahan," jelas Fauzi.

Helsya menambahkan, selain ketenangan di lapangan, menurutnya kekuatan pantang menyerah rekan-rekannya dan doa kedua orang tua menjadi kunci kemenangan Jabar.

"Saya bangga sama teman-teman saya bisa berjuang sampai di final. Walaupun saya tahu teman-teman saya semuanya cedera, saya tahu mereka semua cedera, tapi mereka mau paksa," kata pemain FC Ryukyu Jepang itu.

Baca juga: Pelatih timnas putri temukan dua pemain potensial di PON 2024

Baca juga: Erick Thohir nilai sepak bola putri PON ajang bangun kompetisi sehat

 
Pesepak bola putri Jawa Barat Rosdilah Siti berselebrasi usai membobol gawang DKI Jakarta saat pertandingan final sepak bola putri PON XXI Aceh-Sumut di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (14/9/2024). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/nz



DKI Jakarta tetap bangga

Pelatih sepak bola putri Jakarta Aji Riduan Mas Alex menerima dengan lapang dada kekalahan timnya atas Jawa Barat pada final sepak bola putri Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 di di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sabtu (14/9).

Meski kalah, menurutnya ini menjadi prestasi tersendiri bagi Jakarta setelah edisi sebelumnya di PON Papua 2021 hanya menempati posisi keempat.

Selain itu, menurutnya, menang kalah di sepak bola adalah hal yang wajar. Ia yang ditemui awak media setelah laga juga terlihat tanpa penyesalan di wajahnya dan menerima kekalahan dengan rasa bangga.

"Memang rencana kami maunya juara satu, tapi ternyata Jabar jauh lebih bagus dari anak-anak didik saya. Kita terima saja karena sepak bola ya memang menang kalah dan seri. Gak ada masalah," kata Aji.

Pada laga final, Jakarta bermain kurang maksimal setelah hanya mengandalkan umpan lambung dari belakang.

Strategi ini mudah diantisipasi oleh Jabar yang memainkan sepak bola dengan umpan-umpan pendek dari lini belakang.

Aji mengakui dirinya membuat kesalahan strategi yang sejak awal meminta anak-anak asuhnya bermain aman.

Menurutnya, apabila ia berani mengambil risiko, bukan tidak mungkin jalannya pertandingan akan berubah. Kemenangan bisa saja dipetik anak-anak asuhnya.

"Saya salah. Artinya saya tadinya main aman aja. Biasanya kan kita karakternya main possesion kuat. Ya itu akibat menunggu-menunggu akhirnya kecolongan," jelas Aji.
 
Pesepak bola putri DKI Jakarta Risa Afriyani (kanan) mencoba merebut bola dari pesepak bola Jawa Barat Reva Oktaviani (kiri) saat pertandingan final sepak bola putri PON XXI Aceh-Sumut di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (14/9/2024). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/nz


Adu pemain timnas putri di lapangan

Pertandingan final sepak bola putri Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 antara DKI Jakarta melawan Jawa Barat (Jabar) di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sabtu (14/9).

Pertandingan final itu menarik perhatian masyarakat sekitar untuk datang ke Stadion Mini Pancing dimana hampir semua kursi tribune di stadion itu penuh terisi.

Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir yang juga hadir pada laga final mengatakan laga final itu setidaknya disaksikan oleh 6.000 lebih pasang mata secara langsung.

Daya tariknya, selain karena laga final, dua tim tersebut dihuni banyak pemain-pemain timnas putri Indonesia yang beberapa kali mendapatkan panggilan dari pelatih Satoru Mochizuki.

Dalam laga yang yang dimenangkan Jabar dengan skor 3-0 itu, kedua tim sama-sama memiliki pemain-pemain Garuda Pertiwi.

Dari Jabar sebagai pemenang ada Helsya Maeisyaroh, Reva Octaviani, Gea Yumanda, Agnes Sintauli, dan Rosdila Siti Nurrohmah.

Sementara itu dari Jakarta ada kapten timnas putri Shafira Ika Putri, lalu ada Atin Rizky, Viny Silfianus, Sheva Imut, dan Carla Bio Pattinasarani.

Pemain-pemain yang lama tak mendapatkan panggilan timnas seperti Shalika Aurelia, Rihla Aulia, dan Sabreena Dressler juga masih berada di skuad Jakarta di PON 2024.

Baca juga: Mereka yang merindukan kompetisi sepak bola putri setelah PON 2024

Baca juga: Aroma timnas putri Indonesia di laga final Jakarta vs Jabar

Baca juga: Makna medali emas PON 2024 bagi Helsya Maeisyaroh


 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024