Kampala, Uganda (ANTARA) - Jumlah pasien di Uganda yang terinfeksi varian baru virus cacar monyet (monkeypox/mpox) telah meningkat menjadi 11, dengan seorang pejabat kesehatan senior melaporkan bahwa hingga Sabtu, tidak ada warganya yang meninggal karena penyakit infeksi tersebut.
Henry Gatyanga Mwebesa, Direktur Jenderal Layanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan, mengatakan kepada wartawan di Kampala bahwa semua pasien terinfeksi oleh strain virus clade 1b, yang diyakini sebagai varian yang lebih mematikan dan dapat menyebar melalui kontak kulit ke kulit.
Otoritas kesehatan negara tersebut pertama kali melaporkan wabah penyakit itu pada 24 Juli, dengan catatan bahwa virus tersebut masuk ke Udanda dari Republik Demokratik Kongo (RD Kongo).
Uganda berbatasan dengan RD Kongo, di mana wabah mpox saat ini dimulai pada Januari 2023.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan mpox, yang dikenal sebagai cacar monyet, sebagai darurat kesehatan masyarakat dan telah menjadi perhatian internasional pada 14 Agustus, setelah varian baru yang tampaknya lebih mudah menyebar antar manusia diidentifikasi.
WHO juga menekankan bahwa mpox "bukan COVID yang baru."
Menurut WHO, kawasan Afrika saat ini mengalami peningkatan kasus, dengan 14 negara terdampak.
Hampir semua kasus yang dilaporkan di Afrika berada di RD Kongo, di mana sebagian besar dari lebih 500 kematian akibat mpox telah tercatat.
Infeksi mpox menyebabkan gejala mirip flu dan lesi berisi nanah, serta menyebar melalui kontak fisik yang dekat.
Penyakit itu juga dapat menular melalui benda yang terinfeksi virus seperti tempat tidur, pakaian, dan handuk.
Penyakit itu biasanya ringan, namun bisa berakibat fatal.
Vaksin, yang dianggap sebagai langkah penting dalam mencegah penyebaran, baru saja tiba di RD Kongo.
Sumber: Anadolu
Baca juga: WHO setujui vaksin mpox pertama untuk penggunaan global
Baca juga: Vaksin mpox MVA-BN jadi yang pertama masuk prakualifikasi WHO
Penerjemah: Primayanti
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024