PON dan Binaragawati

Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh dan Sumatera Utara menuai berbagai kejutan, khususnya pada cabang olahraga binaraga. Perempuan mulai mendapat tempat untuk ikut andil dalam kontes unjuk "maskulinitas" tersebut.

Kontes binaraga bagi perempuan dalam ajang multi cabang seperti PON ini menjadi kali pertama yang diselenggarakan di Indonesia, meski di berbagai belahan dunia lainnya sudah menjadi hal biasa.

Tentu ini menjadi satu langkah maju yang patut dirayakan, mengingat perempuan yang dalam konstruksi sosial masyarakat harus berlaku lemah lembut, baik secara penampilan maupun kelakuan. Kini punya celah untuk keluar dari stereotipe itu.

Diamini atau tidak, Persatuan Binaraga dan Fitnes Indonesia (PBFI) mencoba melawan sesuatu yang dianggap tabu. Perempuan mulai mendapat tempatnya dalam merekontruksi ulang bab kecantikan dan keseksian.

Rum Ningsih bersyukur binaraga kelas perempuan dapat dipertandingkan dalam PON XXI. Memang selama ini, kontes binaraga perempuan di Indonesia masih tergolong minim apabila dibandingkan dengan binaraga untuk laki-laki.

Tetapi setidaknya PON telah memberikan ruang bagi perempuan untuk menembus batas-batas yang selama ini menjadi tembok kokoh.

Pada penyelenggaraan PON XXI, binaraga memperlombakan kelas Women Model yang diikuti enam binaragawati. Keenam binaragawati tersebut yakni Ervina Sundalagi (Sulawesi Utara), Rum Ningsih (Kalimantan Timur), Sheilla Zaein Vad Aq (Sumatera Utara), Sindi Arina (Sumut), Firma (Jawa Timur), dan Nuraini Lukita Martin (Jateng).

Kelas Women Model masih sekelas eksibisi. Artinya, meski ada pengalungan medali tetapi tidak masuk dalam tabulasi klasemen perolehan resmi PON.

Rum mengatakan binaraga bagi perempuan tak sebatas membentuk massa otot semata, tapi juga menjaga pola hidup sehat. Yang patut digarisbawahi menurut Rum, otot bagi perempuan juga penting sebagai aset diri di masa tua.

Sebenarnya angkat besi juga masuk dalam kluster binaraga. Angkat besi bagi perempuan jauh-jauh hari telah mendapat tempat di masyarakat. Sebut saja Nurul Akmal yang saat ini tengah menjadi ikon dari angkat besi. Sementara nasib kontes binaraga jauh berbeda.

Namun, menariknya binaragawati Indonesia justru malah berprestasi di luar negeri. Atlet Indonesia kerap mengharumkan nama bangsa, meski sorak-sorainya tidak terlalu terdengar di Tanah Air.

Nilawaty Law yang ikut dalam kejuaraan dunia binaraga dan Fitnes Asia 2022 di Moldova pada 2022 lalu sukses menyumbangkan medali emas di kelas Women's Physique Model.

Begitu juga dengan Tasya Angkouw, Sherley Walakandow, dan Imelda Takasowa yang mengikuti kejuaraan WFF PRO-AM Asia Pacific Championships 2024 di Manila, Filipina pada 31 Agustus hingga 1 September 2024.

Baca juga: Tiga atlet binaraga putri ikuti Kejuaraan Asia Pasifik di Manila

Pada pertandingan tersebut, Tasya berhasil meraih posisi keempat di kategori Ms. Glamour. Sementara itu, Sherley juga menyelesaikan kompetisi di posisi keempat dalam kategori model bikini. Pencapaian yang paling membanggakan datang dari Imelda, yang mencatatkan diri di posisi kedua di Divisi Sports Model Overall Pro.

Atau jika kita tarik lebih jauh, tepatnya pada 2016, Monica Sinatra berhasil meraih gelar juara pada kompetisi NBBA/WFF di Singapura.

Sebetulnya, binaragawati Indonesia sudah malang-melintang di even internasional. Hanya saja untuk di Indonesia masih sangat jarang dan kalaupun ada selalu luput dari pemberitaan.

Rum Ningsih dan juga atlet lain berharap agar binaraga kelas wanita dapat dipertandingkan secara resmi dalam PON mendatang. Eksibisi pada PON kali ini menjadi jembatan masa depan binaraga perempuan di Indonesia.


Baca juga: PBFI harap binaraga perempuan bisa masuk PON

Halaman berikut: Konflik Kultural

Copyright © ANTARA 2024