Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei lembaga Survei & Polling Indonesia (SPIN) tentang peluang calon presiden yang akan terpilih pada Pemilu Presiden nanti menunjukkan elektabilitas pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa tertinggi bila dibandingkan jika Prabowo dipasangkan dengan cawapres lain, bahkan Prabowo diperkirakan menang dalam satu putaran.
"Siapa pun Cawapres pendamping Prabowo Subianto sebagai Capres nanti dalam Pilpres 9 Juli 2014 diprediksi bisa menang satu putaran," kata Direktur Eksekutif SPIN Igor Dirgantara dalam ekspos publik di Jakarta, Jumat.
Hasil survei tersebut menunjukan bila Prabowo berpasangan dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa mendapat persentase tertinggi 20,1 persen, disusul Prabowo-Aburizal 19,2 persen, Prabowo-Kalla 18,3 persen, Prabowo-Mahfud MD 16,9 persen, sedangkan Prabowo-Dahlan Iskan 14,5 persen, dan Prabowo-Aher 11 persen.
"Pasangan tiga teratas, yakni Prabowo-Hatta, Prabowo -Aburizal, dan Prabowo-Kalla memenuhi syarat komposisi ideal dari aspek jawa-non jawa, sipil-militer, dan eligibilitas presidential threshold," katanya.
Menurut dia, kejelian memasangkan duet pasangan capres-cawapres akan menjadi penentu pemenangan pada Pilpres 9 Juli nanti lantaran orientasi publik atas figur di atas partai politik masih menjadi rumus politik pemenangan Pilpres.
Ia menyebut tiga alasan Prabowo dan cawapresnya akan memenangkan Pilpres. Pertama, perolehan suara Partai Gerindra melonjak drastis (12 persen) dibandingkan dengan hasil pemilu 2009 (4,4 persen). PDIP pada 2009 mendapat 14 persen suara, sekarang diprediksi mendapat 19 persen suara.
"Perolehan suara Partai Gerindra melonjak mendekati 170 persen, sedangkan PDIP cuma naik 35 persen bila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009. Artinya, Prabowo dianggap lebih mampu mendongkrak perolehan suara Gerindra, dibanding efek Jokowi terhadap PDIP di Pileg 9 April 2014," paparnya.
Saat ini lanjut Igor, Jokowi mengalami penurunan elektabilitas, sementara Prabowo merambat naik, dan Aburizal cenderung stagnan.
Kedua, salah satu alasan parpol berkoalisi adalah kalkulasi dari kemenangan yang mungkin diraih dari komposisi jitu pasangan Capres-Cawapres yang diusung, efektivitas strategi komunikasi, pilihan isu dan program yang tepat, serta bekerja maksimalnya mesin parpol pendukung.
"Prabowo dinilai unggul pada sisi elektabilitas yang terus meningkat, tingginya soliditas partai Gerindra, isu dan program pro rakyat, serta efektivitas tim komunikasinya," jelasnya.
Alasan ketiga karena semakin luasnya dukungan terhadap pencapresan mantan Danjen Kopassus itu, mulai dari pengusaha, buruh, mahasiswa, akademisi sampai pengusaha. "Bahkan ada sejumlah relawan dari kompetitornya yang sekarang beralih menjadi pendukung Prabowo," imbuhnya.
Terkait wacana koalisi Golkar-Gerindra, kelegowoan Aburizal menurunkan posisi cawapres jika berduet dengan Prabowo bisa meredam dinamika internal dalam tubuh Golkar pasca Pemilu Legislatif untuk mengevaluasi pencapresannya yang dinilai memaksakan diri.
"Komposisi Prabowo sebagai capres dengan ARB (Aburizal Bakrie) sebagai cawapresnya dilandasi pada soal elektabilitas kedua figur tersebut dari hasil survei," tambahnya.
Igor menjelaskan, Aburizal bisa mengikuti langkah Jusuf Kalla pada Pemilu 2004 yang menjadi cawapres SBY kendati perolehan suara Golkar di atas Partai Demokrat.
Survei dilakukan pasca Pileg tanggal 15-30 April 2014, melibatkan 1.070 responden berusia 17 tahun ke atas di 33 provinsi dengan metode multistage random sampling. Margin of error 3 persen disertai tingkat kepercayaan 95 persen.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014